Ternyata Gosip Bisa Bikin Hubungan Lebih Harmonis dan Karier Makin Sukses
- iStock
Penelitian juga menemukan bahwa orang yang lebih muda cenderung lebih banyak bergosip negatif dibanding orang dewasa yang lebih tua. Namun, jumlah gosip secara keseluruhan tidak jauh berbeda antar kelompok usia.
Ini berarti isi atau nada gosip bisa berubah seiring bertambahnya usia, tetapi dorongan manusia untuk membicarakan orang lain tetap sama sepanjang hidup. Kaum muda mungkin lebih kritis, tapi fungsi sosial gosip untuk menjalin kedekatan dan bertukar informasi, tetap penting di semua usia.
Kepribadian dan Kondisi Sosial Ekonomi
Penelitian ini juga menemukan bahwa orang ekstrovert lebih sering bergosip dibanding introvert, di semua kategori. Artinya, kepribadian sangat memengaruhi seberapa banyak seseorang bergosip.
Sebaliknya, status sosial ekonomi atau tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap frekuensi gosip. Hal ini membantah mitos bahwa orang dengan pendidikan rendah atau kondisi ekonomi lemah lebih banyak bergosip. Jadi, gosip lebih dipengaruhi oleh sifat pribadi dan konteks sosial daripada faktor pendapatan atau pendidikan.
Saat Gosip Memberi Dampak Positif
Secara global, gerakan #MeToo dan budaya speak up menciptakan ruang aman untuk berdiskusi dan berbagi informasi. Gerakan ini mengubah cara pandang terhadap gosip bukan lagi semata masalah, tetapi juga alat penting untuk mengungkap “masalah di balik masalah,” termasuk perilaku buruk yang tersembunyi dan bisa dibiarkan begitu saja jika tidak dibicarakan.