Ideologi Kesehatan Harus Adil dan Partisipatif

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan
Sumber :
  • Freepik

Indoneis Health Development Center

Photo :
  • Istimewa
5 Cara Efektif Menegur Anak Tanpa Harus Berteriak atau Membentak

Menariknya, seluruh dimensi ini tidak berdiri sendiri, melainkan diikat oleh roh utama yakni partisipasi rakyat. IHDC menyebut partisipasi bukan sekadar pelibatan formal dalam musrenbang, tetapi keterlibatan bermakna rakyat dalam merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi sistem kesehatan mereka sendiri.

"Tanpa partisipasi yang nyata dan kolektif, ideologi hanyalah slogan. Kita ingin rakyat merasa menjadi pemilik sistem kesehatan, bukan hanya pengguna yang pasrah," ujar Nila.

Jangan Salah! Begini Cara Pakai Sunscreen yang Bikin Kulit Terlindungi Secara Maksimal

Laporan ini juga memperkuat argumen ilmiah dengan merujuk pada kajian filsafat sosial dan politik. Itu sebabnya, empat pakar kunci yang mewakili puluhan kontributor ahli dalam kajian Ideologi Kesehatan ini menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila disebut sebagai fondasi paling cocok bagi bangsa Indonesia dalam membangun sistem kesehatan berbasis keadilan substantif.

Guru besar antropologi Prof. Semiarto Aji Purwanto dan Pakar bidang hukum dan kebijakan kesehatan Djarot Dimas, SH, MH juga menyoroti pemikiran global yang menyatakan bahwa keadilan adalah fairness, yaitu keberpihakan kepada mereka yang paling rentan, bukan sekadar distribusi angka yang merata.

Saat AI Merajalela, 7 Profesi Humanis Ini Masih Jadi 'Tulang Punggung' Kehidupan

Sementara Guru besar dan ekonom kesehatan Prof Ascobat Gani dan jurnalis humaniora dan kesehatan Adhitya Ramadhan, SIP, menegaskan pentingnya prinsip partisipatori terutama secara kualitas agar komunitas dapat membangun kesehatan secara ideologis dan berkelanjutan.

Dari sinilah IHDC menekankan bahwa kebijakan kesehatan yang baik bukanlah yang mengejar angka cakupan tertinggi, tetapi yang paling berpihak kepada mereka yang paling terpinggirkan.

Halaman Selanjutnya
img_title