Stigma Sosial: Tantangan Eliminasi TB di Indonesia yang Masih Menghantui
- Bakrie Foundation
Lifestyle – Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu tantangan kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data Global TB Report 2023 dari WHO, Indonesia menempati peringkat kedua kasus TB terbanyak di dunia setelah India, dengan estimasi lebih dari 1 juta kasus baru setiap tahunnya. Upaya eliminasi TB tidak hanya perihal kendala medis, tetapi juga hambatan sosial berupa stigma dan diskriminasi yang lahir dari kurangnya pemahaman masyarakat terkait TBC.
Rendahnya pengetahuan kesehatan tentang TB, terutama di wilayah padat penduduk menjadi penghambat besar dalam penanggulangan penyakit ini. Banyak pasien enggan memeriksakan diri atau menjalani pengobatan karena takut dikucilkan. Ini meningkatkan rantai penularan TBC.
Menjawab tantangan tersebut, para mahasiswa peserta Campus Leaders Program Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (YAMALI) dan Bakrie Center Foundation (BCF), terlibat aktif dalam kegiatan edukasi masyarakat terkait penyakit TB. Kegiatan ini dilaksanakan bersama Dr. dr. Nurjannah Lihawa, SpP(K), yang akrab disapa dr. Nuke. Beliau merupakan akademisi sekaligus Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Dalam kesempatan tersebut, dr. Nuke menjelaskan bahwa ketertarikannya mendalami masalah respirasi berawal dari pengalamannya selama delapan tahun mengabdi di daerah pedesaan. Ia menemukan banyak kasus penyakit pernapasan yang kompleks dan belum tertangani secara optimal, termasuk TBC.
"TB adalah salah satu penyakit tertua di dunia, tetapi hingga kini belum berhasil dieliminasi," ungkap dr. Nuke. Ia juga menyoroti bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami apa itu TB, bagaimana penyebarannya, serta pentingnya pengobatan yang tuntas.
Minimnya pengetahuan ini, lanjutnya, menjadi akar dari stigma sosial yang justru memperberat beban psikologis pasien TB. "Masalah terbesar bukan pada medisnya, tapi pada stigma sosial yang melekat. Pasien merasa dikucilkan, bahkan takut untuk memeriksakan diri," tambahnya.
Indonesia sendiri saat ini menempati posisi kedua dengan jumlah kasus TB terbanyak di dunia. Kepadatan penduduk menjadi salah satu tantangan besar dalam proses eliminasi penyakit ini. Bakteri TB dapat dengan mudah menular, termasuk kepada mereka yang sebelumnya pernah sembuh.
“Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengenali gejala TB dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Jangan takut atau overthinking sendiri. Pemeriksaan dan pengobatan TB sudah tersedia secara gratis,” jelasnya.
Menanggapi kekhawatiran dari masyarakat terkait efek obat TB terhadap fungsi ginjal, dr. Nuke menjelaskan bahwa pengobatan TB terdiri dari empat jenis obat, di mana dua obat utama tidak memengaruhi ginjal. Namun, dua lainnya memang perlu diberikan dengan penyesuaian dosis, khususnya bagi pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan TBC, minimal menyebarkan informasi yang benar soal TBC sehingga mendorong partisipasi aktif dalam pemeriksaan dan pengobatan TBC hingga tuntas.