Kenapa Bangun Lebih Cepat Saat Liburan Dibanding Saat Kerja? Ini Jawaban Psikologinya!

Ilustrasi Bangun Tidur
Sumber :
  • Times of India

Lifestyle –Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa saat liburan kita bisa bangun pagi dengan semangat, bahkan tanpa alarm, sementara saat hari kerja, bunyi alarm pun bisa lima kali ditunda? Padahal, durasi tidur dan aktivitas yang dilakukan bisa jadi sama-sama melelahkan. Fenomena ini ternyata bukan semata-mata soal malas atau rajin, tapi ada penjelasan psikologis dan neurologis di baliknya.

Butuh Quality Time Bareng Anak? Ini 9 Kegiatan Seru saat Weekend

Menurut psikolog klinis dan pakar tidur asal Amerika yang dikenal sebagai “The Sleep Doctor”, Dr. Michael Breus, kondisi ini berakar dari cara otak kita merespons anticipation (antisipasi), emosi, dan motivasi yang berbeda terhadap kegiatan yang akan kita lakukan setelah bangun tidur.

Antisipasi dan Rasa Senang: Pengaruh Limbik dalam Otak

Liburan identik dengan hal-hal yang menyenangkan: jalan-jalan, eksplorasi tempat baru, makan enak, atau sekadar tidak perlu terburu-buru. Hal ini menciptakan rasa antisipasi positif.

Masih Mager Tapi Anak Laper? Coba Rice Bowl Ayam Kecap, Cepat, Enak, dan Nggak Bikin Dapur Berantakan Buat Besok!

Anticipatory excitement, yakni kegembiraan yang muncul sebelum sesuatu terjadi dapat meningkatkan produksi dopamin, yaitu zat kimia otak yang membuat kita merasa senang dan termotivasi,” jelas Dr. Breus.

Dopamin ini merangsang sistem limbik di otak, yang berkaitan erat dengan pengambilan keputusan dan kesiapan kita untuk bangun. Jadi, meskipun tubuh masih lelah, otak kita sudah “on fire” karena tahu bahwa sesuatu yang menyenangkan akan terjadi. Inilah sebabnya kita bisa bangun lebih awal dengan energi penuh saat hari libur.

Sebaliknya: Stres Kerja Memicu Respons “Hindari”

Jangan Bingung Pilih Baju! Ini 5 Model Dress Weekend yang Flattering untuk Plus Size

Berbeda dengan hari kerja, banyak orang mengasosiasikan pagi hari dengan stres: jalanan macet, deadline, rapat, hingga tekanan sosial di lingkungan kantor.

“Pagi hari pada hari kerja bisa memicu respons otak yang disebut avoidance system, sistem penghindaran di mana otak kita justru menghindari stres atau ketidaknyamanan yang akan dihadapi,” kata Dr. Breus.

Alih-alih semangat bangun, otak kita justru ‘menahan’ tubuh untuk tetap dalam zona nyaman yaitu tidur, meskipun sebenarnya kualitas tidurnya sudah cukup. Itulah sebabnya alarm bisa terus ditunda, dan tubuh terasa berat untuk beraktivitas.

Rutinitas Vs Kebaruan: Faktor Psikologis Lain

Hari kerja biasanya identik dengan rutinitas yang berulang. Sedangkan hari libur atau liburan memberi kita rasa kebaruan (novelty) yang sangat disukai otak manusia.

Menurut Dr. Breus, otak kita secara biologis menyukai novelty, karena hal baru merangsang sistem reward di otak. Bahkan, paparan hal baru bisa meningkatkan pelepasan dopamin, sama seperti saat kita jatuh cinta atau mendapat hadiah.

Itu sebabnya, ketika kita tahu akan liburan ke tempat baru atau mencoba hal berbeda, otak kita ‘mengaktifkan’ sinyal kesiapan bahkan sebelum alarm berbunyi.

Pengaruh Tujuan Internal: Motivasi dan Autonomi

Hal lain yang membedakan adalah motivasi intrinsik. Liburan adalah aktivitas yang kita pilih sendiri, atas kemauan kita, sehingga muncul rasa kontrol (autonomi) terhadap hidup kita. Sementara hari kerja seringkali bersifat wajib dan penuh ekspektasi dari orang lain (atasan, tim, klien).

Dr. Breus menekankan bahwa motivasi internal memberi dampak besar terhadap kesiapan seseorang bangun di pagi hari.

“Semakin tinggi rasa kontrol terhadap agenda harian, semakin besar pula motivasi untuk memulainya dengan energi,” jelasnya.

Dengan kata lain, liburan memberi rasa ‘aku yang menentukan’, sedangkan kerja kadang terasa seperti ‘aku harus melakukannya’.

Bangun Awal Saat Liburan Bukan Kebetulan

Penelitian dalam Journal of Sleep Research juga menunjukkan bahwa manusia lebih mudah bangun pagi secara alami saat suasana hati mereka sedang positif. Saat orang merasa antusias atau bahagia tentang sesuatu yang akan datang, ritme sirkadian mereka bisa berubah sementara—mereka tidur lebih cepat dan bangun lebih segar.

Inilah yang disebut dengan mood-driven circadian shift. Walau bukan perubahan biologis permanen, hal ini cukup kuat memengaruhi pola bangun-tidur selama momen spesial seperti liburan atau akhir pekan.

Lalu, Bagaimana Agar Hari Kerja Juga Bisa Bikin Semangat Bangun?

Kabar baiknya, kamu bisa “mengelabui” otak agar lebih semangat bangun pagi di hari kerja, dengan meniru pola pikir saat liburan. Berikut tips dari Dr. Breus:

  1. Ciptakan hal menyenangkan di pagi hari. Misalnya, jadwalkan sarapan favorit, olahraga ringan, atau playlist musik favorit sebelum kerja.
  2. Beri jeda antisipatif. Bangun 30 menit lebih awal dan lakukan aktivitas yang memberi kamu kendali, seperti journaling atau meditasi.
  3. Buat tujuan kerja yang personal. Jangan hanya fokus pada “apa yang harus dilakukan”, tapi “mengapa kamu melakukannya”. Hubungkan pekerjaan dengan makna yang lebih besar.
  4. Hindari scrolling HP sebelum tidur. Cahaya biru dan informasi tak berujung akan membuat otak terlalu aktif dan sulit rileks.
  5. Pakai alarm dengan suara lembut dan aroma favorit. Rangsangan positif saat bangun membantu tubuh keluar dari “mode malas”.

Bangun pagi lebih cepat saat liburan adalah bukti bahwa tubuh dan pikiran kita merespons konteks secara berbeda. Perasaan antusias, kontrol, dan kebaruan membuat sistem otak lebih siap menghadapi hari. Sementara stres, kewajiban, dan rutinitas membuat kita cenderung menunda-nunda.

“Tidur dan bangun bukan sekadar kebutuhan biologis, tapi juga cerminan kondisi emosional dan motivasi kita,” simpul Dr. Michael Breus.

Maka dari itu, penting untuk menyadari bahwa cara kita menyusun rutinitas harian sangat memengaruhi semangat dan energi. Jika ingin bangun pagi dengan lebih mudah, ciptakan suasana hati dan tujuan yang memberi alasan untuk membuka mata dengan senyum bukan desahan lelah.