Ini 5 Kebiasaan Sepele yang Bisa Bikin Celaka di Kantor

Pekerja Kantor
Sumber :
  • Freepik

LifestyleBekerja di kantor seringkali dianggap lebih aman dibandingkan pekerjaan lapangan atau industri berat. Namun kenyataannya, kecelakaan kerja bisa terjadi di mana saja bahkan di ruangan ber-AC yang tampak nyaman. Banyak insiden terjadi bukan karena alat berat atau bahan berbahaya, melainkan karena kebiasaan kecil yang luput dari perhatiann.

Terlihat Sepele, Kebiasaan Ini Bisa Bikin Anda Kaya Sebelum Usia 40 Tahun

Menurut data dari International Labour Organization (ILO), sekitar 374 juta kecelakaan kerja non-fatal terjadi setiap tahunnya secara global, dan sebagian di antaranya berasal dari sektor perkantoran. Mulai dari tersandung kabel, terpeleset di lantai basah, hingga kejatuhan barang dari rak atas, semuanya bisa terjadi tanpa diduga. Lalu, kebiasaan sepele apa saja yang bisa menjadi sumber bahaya di kantor?

5 Kebiasaan Sepele yang Bisa Bikin Celaka di Kantor

1. Menyambung Kabel Listrik Sembarangan

Kabel charger laptop menjuntai, colokan bertumpuk di satu terminal, atau kabel printer yang melintang di bawah meja, semua itu terlihat biasa tapi menyimpan risiko besar. Selain membuat orang mudah tersandung, sambungan listrik yang tidak standar juga berpotensi menyebabkan korsleting hingga kebakaran kecil.

Bukan Hanya Kesalahan Make Up, 5 Faktor Mengejutkan yang Bikin Wajah Terlihat Tua

Solusi: Gunakan cable management atau pelindung kabel, pastikan instalasi listrik memenuhi standar keselamatan, dan minimalkan penggunaan kabel ekstensi sembarangan.

2. Meletakkan Barang Berat di Tempat Tinggi

Demi efisiensi ruang, tak sedikit kantor menyimpan barang seperti printer, tumpukan dokumen, atau stok galon air di rak paling atas. Padahal, ini sangat berbahaya. Saat hendak mengambil, barang bisa jatuh dan mencederai kepala atau bahu.

Resep Sambal Bawang Pedas dan Gurih untuk Pelengkap Lauk Makan

Solusi: Simpan barang berat di rak bawah atau setinggi dada. Gunakan tangga standar (bukan kursi putar!) jika harus menjangkau tempat tinggi.

3. Duduk Terlalu Lama Tanpa Stretching

Duduk seharian tanpa jeda membuat tubuh tegang, aliran darah terganggu, dan otot menjadi kaku. Dalam jangka panjang, ini bisa memicu gangguan postur, nyeri leher, bahkan masalah saraf kejepit.

Solusi: Lakukan peregangan ringan setiap 60 menit. Pasang pengingat di ponsel atau komputer untuk berdiri, berjalan sebentar, atau melakukan gerakan peregangan sederhana.

4. Membiarkan Tumpahan di Lantai

Tumpahan kopi di pantry atau air galon yang bocor sering dianggap remeh. “Nanti juga kering sendiri,” pikir banyak orang. Padahal, permukaan licin bisa menyebabkan seseorang terpeleset dan jatuh dengan dampak serius.

Solusi: Segera bersihkan tumpahan dan beri tanda “lantai basah” jika perlu waktu untuk mengering. Jangan biarkan lantai basah dibiarkan tanpa tindakan.

5. Mengabaikan Prosedur & Rambu Keselamatan

Menghindari simulasi evakuasi karena sibuk meeting, parkir sembarangan di jalur evakuasi, atau membuka pintu darurat sembarangan adalah contoh kelalaian prosedur yang bisa memperparah kondisi darurat. 

Solusi: Disiplin terhadap SOP kantor dan ikuti pelatihan keselamatan secara aktif. Patuhi rambu-rambu yang ada, karena itu dibuat untuk melindungi semua orang, bukan sekadar formalitas.

Ancaman Nyata di Lingkungan Kerja Berisiko Tinggi 

Menurut data dari Kementerian Ketenagakerjaan RI, sebanyak 462.241 kecelakaan kerja terjadi selama tahun 2024. Bahaya di tempat kerja tidak hanya datang dari kelalaian pribadi. Beberapa diantaranya seperti paparan gas berbahaya, kekurangan oksigen, suhu ekstrem, atau partikel beracun terutama di ruang terbatas (confined space), juga kerap menjadi penyebab utama kecelakaan kerja. 

Menurut praktisi dan trainer Environment, Health & Safety (EHS), Emanuel Eko Haryanto banyak kecelakaan kerja khususnya di ruang terbatas yang terjadi akibat kombinasi antara SOP yang tidak dijalankan secara konsisten dan kurangnya peralatan pendukung yang tepat.

"Selain SOP, penting adanya peralatan memadai seperti alat deteksi gas. Banyak gas berbahaya yang tidak diinginkan bisa muncul di area kerja ruang terbatas, seperti H₂S, yang berisiko memicu kebakaran, ledakan, atau keracunan. Tapi yang paling penting, pekerja harus dibekali pelatihan, simulasi, dan perlengkapan lengkap," kata dia. 

Solusi Teknologi: Deteksi dan Perlindungan Pekerja

Untuk menjawab tantangan tersebut, Dräger Indonesia meluncurkan dua solusi andalan

Dräger X-am 2600 – Detektor Multigas Portabel

Dirancang untuk mendeteksi empat jenis gas utama O₂, CO, H₂S, dan gas mudah terbakar.
Dilengkapi sensor CatEx yang stabil dan tahan lama, X-am 2600 menawarkan deteksi real-time dan mudah digunakan dalam aktivitas harian.

Manfaat: Mencegah paparan gas berbahaya sebelum terjadi kecelakaan fatal. Ukurannya yang ringkas cocok digunakan pekerja lapangan di sektor konstruksi, tambang, hingga pabrik.

Dräger PSS 3000E – SCBA (Self-Contained Breathing Apparatus)

Alat bantu pernapasan ini dirancang untuk kondisi ekstrem, seperti ruang dengan oksigen rendah atau paparan gas beracun.

Kelebihan:

  • Desain ergonomis dan ringan
  • Harness tahan lama
  • Memberikan mobilitas dan kenyamanan tinggi

SCBA ini sangat penting bagi petugas tanggap darurat dan pekerja di area rawan ledakan atau paparan kimia.

"Kami menyediakan pelatihan penggunaan serta layanan teknis bersertifikasi untuk memastikan perangkat bekerja optimal setiap saat. Ini adalah bagian dari komitmen jangka panjang kami untuk menurunkan angka kecelakaan kerja dan membangun budaya keselamatan di Indonesia," ujar Managing Director Dräger Indonesia, Ratna Kurniawati. 

Membangun Budaya Keselamatan dari Hal Kecil

Perlindungan tidak cukup hanya dengan teknologi. Budaya keselamatan kerja harus dibangun dari kebiasaan kecil sehari-hari.

Beberapa cara sederhana untuk memulainya:

  • Adakan briefing keselamatan setiap Jumat pagi
  • Tempel poster edukatif di area kerja
  • Bentuk tim kecil dari tiap divisi untuk jadi pengingat safety
  • Libatkan karyawan secara aktif dalam simulasi evakuasi atau pelatihan APD