8 Kebiasaan Sepele Kelas Menengah yang Diam-Diam Bisa Bikin 'Miskin'

Ilustrasi dompet kosong
Sumber :
  • Freepik

LifestyleKelas menengah kerap disebut sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Dengan penghasilan tetap dan gaya hidup mapan, kelompok ini seolah berada di zona nyaman. Namun, kenyamanan tersebut sering kali menipu. 

‘Rich Dad, Poor Dad’ untuk Gen Z, Simak 5 Prinsip Investasi agar Gaji Tak Cuma Numpang Lewat

 

Banyak individu kelas menengah yang secara kasat mata terlihat stabil, tetapi ternyata rapuh secara finansial. Hal ini bukan karena penghasilan yang kurang, melainkan akibat kebiasaan keuangan yang tidak sehat dan sering kali tidak disadari.

5 Nasihat Keuangan Robert Kiyosaki untuk Gen Z, Agar Tak Menyesal di Usia Senja

 

Kebiasaan boros bisa muncul secara halus—bukan dalam bentuk pengeluaran besar, tapi akumulasi dari keputusan-keputusan kecil yang diulang setiap hari. Tanpa disadari, hal-hal ini menggerus keuangan secara perlahan namun pasti. 

Gen Z Wajib Nyimak! Ini 7 Skill Paling Dicari Perusahaan, Punya IPK Tinggi Gak Cukup!

 

Jika dibiarkan, kebiasaan tersebut dapat membuat Anda terjebak dalam siklus hidup dari gaji ke gaji, tanpa memiliki dana darurat, tabungan jangka panjang, apalagi investasi. Berikut adalah beberapa kebiasaan boros kelas menengah yang patut Anda waspadai:

 

1. Langganan Layanan Digital yang Jarang Digunakan

 

Netflix, Spotify, Disney+, dan layanan lainnya sering kali dibayar otomatis setiap bulan, padahal jarang dinikmati. Jumlahnya mungkin terasa kecil, namun bila dijumlahkan dalam setahun, bisa mencapai jutaan rupiah yang seharusnya bisa dialihkan ke pos tabungan atau investasi.

 

2. Gaya Hidup “Treat Yourself” yang Kebablasan

 

Sesekali memanjakan diri memang perlu, tapi bila jadi kebiasaan setiap akhir pekan, ini bisa jadi penguras dompet yang tidak terasa. Makan di restoran mahal, belanja impulsif, atau staycation setiap bulan bisa menyedot anggaran lebih dari yang Anda sadari.

 

3. Cicilan Barang Konsumtif Tanpa Perencanaan Matang

 

Gadget terbaru, sepeda motor, atau furniture rumah kekinian sering dibeli dengan cicilan. Sayangnya, ini bukan barang produktif. Akhirnya, penghasilan bulanan habis hanya untuk membayar cicilan tanpa nilai tambah yang signifikan.

 

4. Mengabaikan Promo dan Perbandingan Harga

 

Membeli sesuatu tanpa mengecek harga di platform lain atau mengabaikan promo bisa jadi kebiasaan boros. Kelas menengah sering mengandalkan kemudahan dan kenyamanan, padahal sedikit usaha bisa menghemat cukup banyak uang.

 

5. Tidak Mencatat Pengeluaran Secara Rutin

 

Kebanyakan orang kelas menengah tidak menyadari berapa besar uang yang keluar setiap bulan. Tanpa pencatatan yang detail, sulit mengendalikan kebocoran anggaran yang sifatnya rutin namun kecil seperti kopi harian, parkir, atau ongkir.

 

6. Mengandalkan Kartu Kredit untuk Gaya Hidup

 

Kartu kredit seharusnya digunakan sebagai alat bantu keuangan, bukan untuk menutup gaya hidup yang tidak sebanding dengan penghasilan. Kebiasaan gesek kartu demi memenuhi gengsi dapat berujung pada utang yang menumpuk.

 

7. Tidak Punya Tujuan Keuangan Jangka Panjang

 

Tanpa tujuan, Anda akan lebih mudah tergoda untuk membelanjakan uang tanpa arah. Menetapkan tujuan keuangan seperti dana rumah, dana pensiun, atau dana pendidikan anak akan membantu Anda lebih disiplin dalam pengeluaran.

 

8. Menunda Investasi karena Merasa Belum Cukup Uang

 

Banyak dari kelas menengah merasa harus punya uang besar dulu baru bisa berinvestasi. Padahal, investasi bisa dimulai dari jumlah kecil dan secara bertahap membentuk kebiasaan keuangan yang sehat dan menguntungkan.

 

Mengenali dan mengubah kebiasaan keuangan yang boros adalah langkah awal bagi kelas menengah untuk memperbaiki kondisi finansial mereka. 

 

Jangan biarkan gaya hidup mengalahkan logika keuangan Anda. Ingat, stabil secara penghasilan belum tentu aman secara keuangan. Dengan lebih sadar dan disiplin, Anda bisa membangun pondasi finansial yang kuat dan siap naik level di masa depan.