Pekerja IT Was-was, Benarkah AI Bakal Hapus Pekerjaan Mereka Selamanya?
- Freepik
Lifestyle – Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), pekerja IT menjadi salah satu kelompok yang paling terdampak. Selama ini, profesi di bidang teknologi informasi sering dianggap sebagai karier masa depan dengan prospek cerah.
Namun, kehadiran AI generatif, otomatisasi coding, dan sistem manajemen berbasis machine learning justru memunculkan pertanyaan besar, apakah pekerja IT masih tetap relevan atau justru akan tersisih?
Laporan dari World Economic Forum (2025) menyebutkan bahwa AI diprediksi dapat menggantikan sebagian tugas rutin pekerja IT, seperti penulisan kode sederhana, debugging otomatis, hingga pengelolaan infrastruktur cloud.
Hal ini berpotensi memangkas kebutuhan akan tenaga kerja junior di bidang IT. Namun, di sisi lain, permintaan untuk pekerja IT yang mampu mengintegrasikan AI, mengelola keamanan data, dan membangun sistem yang lebih kompleks justru meningkat.
Berikut adalah gambaran lebih detail mengenai nasib pekerja IT di era AI, sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber, Selasa, 30 September 2025.
1. Otomatisasi Tugas Rutin
AI kini mampu menulis kode dasar dan melakukan pengujian perangkat lunak secara otomatis. Platform seperti GitHub Copilot dan ChatGPT sudah banyak digunakan programmer untuk mempercepat proses coding. Akibatnya, pekerjaan entry-level yang biasanya dikerjakan oleh fresh graduate mulai tergantikan.
2. Pergeseran Keterampilan yang Dibutuhkan
Menurut laporan Forbes (2025), keterampilan yang paling dicari saat ini adalah keahlian dalam AI, machine learning, big data, dan keamanan siber. Pekerja IT yang hanya menguasai keterampilan tradisional berisiko tertinggal, sementara mereka yang cepat beradaptasi justru akan lebih bernilai.
3. Permintaan Tinggi pada Keamanan Siber
Dengan meningkatnya penggunaan AI, risiko serangan siber juga bertambah. Laporan dari IBM Security menyebutkan bahwa serangan berbasis AI kian marak, sehingga kebutuhan akan pakar keamanan siber meningkat signifikan. Profesi ini diprediksi menjadi salah satu yang paling aman dari ancaman penggantian AI.
4. AI Sebagai Alat Kolaborasi, Bukan Hanya Kompetitor
Banyak pakar menyatakan bahwa AI sebaiknya tidak dipandang semata-mata sebagai pengganti, melainkan sebagai asisten yang meningkatkan produktivitas. Misalnya, seorang software engineer dapat menggunakan AI untuk mempercepat coding, sementara fokus utamanya dialihkan ke desain sistem dan pemecahan masalah yang lebih kompleks.
5. Munculnya Profesi Baru di Bidang IT
Era AI juga melahirkan profesi baru, seperti AI ethicist, AI trainer, dan data governance specialist. Profesi ini sebelumnya tidak ada, tetapi kini semakin dibutuhkan untuk memastikan AI digunakan secara etis dan bertanggung jawab.
6. Tantangan bagi Generasi Baru IT
Meski prospek tetap ada, tantangan terbesar bagi generasi baru pekerja IT adalah kecepatan adaptasi. Tanpa belajar AI dan keterampilan lanjutan, lulusan baru berisiko sulit masuk ke industri. Sebaliknya, mereka yang menguasai AI justru akan lebih mudah bersaing secara global.
Nasib pekerja IT di era AI tidak bisa dikatakan sepenuhnya aman, namun juga tidak sepenuhnya terancam. AI memang mengambil alih sebagian tugas rutin, tetapi tetap membuka peluang baru bagi mereka yang mampu beradaptasi.
Dengan terus meningkatkan keterampilan dan memposisikan diri sebagai mitra AI, pekerja IT masih bisa menjadi salah satu profesi paling menjanjikan di masa depan.