Jadi 'Teman' Pencari Kerja, Pakar Ungkap 4 Cara Cerdas Pakai AI agar Lebih Cepat Dilirik HRD
- Freepik
Lifestyle – Di tengah persaingan kerja yang semakin ketat, kecerdasan buatan (AI) hadir bukan sebagai ancaman, melainkan peluang baru bagi para pencari kerja. Dengan strategi yang tepat, teknologi ini bahkan dapat menjadi “teman setia” yang membuat langkah Anda lebih efisien dan hasilnya lebih cepat terlihat.
Jika dulu Anda harus menghabiskan waktu berjam-jam menyusun resume, menulis surat lamaran, hingga melamar ke ratusan lowongan tanpa kepastian, kini AI bisa membantu meringkas semua proses tersebut. Namun, AI bukanlah jawaban instan yang bisa menggantikan usaha pribadi.
Menurut Jonathan Javier selaku konsultan karier sekaligus CEO Wonsulting, menegaskan kunci keberhasilan justru terletak pada bagaimana Anda memanfaatkan teknologi ini dengan cerdas, sambil tetap mempertahankan sentuhan personal yang otentik. Mengutip USA Today, berikut cara cerdas menggunakan AI untuk membuka Anda lebih cepat dilirik HRD dan selangkah lebih dekat menuju karier.
1. Meningkatkan Kualitas Resume dan Surat Lamaran
Menurut Javier, AI telah membantu banyak pencari kerja menyusun resume dan surat lamaran yang lebih profesional. Melalui platform seperti ResumAI atau JobBoardAI, seseorang bisa menyesuaikan resume sesuai deskripsi pekerjaan dengan lebih strategis. Hasilnya, keterampilan dan pengalaman yang relevan dapat ditonjolkan secara efektif.
Kabar baiknya, teknologi ini membuat akses bimbingan karier jadi lebih merata. Jika sebelumnya hanya segelintir orang yang mampu membayar jasa konsultan karier, kini AI membuka peluang yang sama bagi banyak orang.
Javier mengingatkan, hasil dari AI bukanlah produk akhir yang siap pakai. Pencari kerja tetap harus memeriksa akurasi dan mengeditnya agar sesuai dengan pengalaman pribadi. Tanpa langkah ini, risiko salah informasi justru bisa merugikan.
2. Berlatih Wawancara Kerja
Fenomena baru yang semakin marak adalah penggunaan AI sebagai pewawancara tahap awal. Javier mengungkapkan, banyak kliennya yang melaporkan bahwa wawancara pertama dilakukan sepenuhnya oleh sistem otomatis tanpa kehadiran manusia. Dari sudut pandang perusahaan, cara ini efisien karena mampu menyaring kandidat dengan cepat. Namun, bagi pencari kerja, pengalaman ini sering terasa canggung karena minim interaksi personal.
Survei Resume Builder pada Oktober 2024 menunjukkan sekitar 80 persen perusahaan telah menggunakan AI untuk menyeleksi kandidat. Artinya, tren ini bukan sekadar eksperimen sesaat, melainkan sudah menjadi standar baru.
Pencari kerja perlu melatih diri menghadapi pertanyaan berbasis AI, menjaga intonasi suara, ekspresi wajah, hingga bahasa tubuh meski hanya berbicara di depan kamera. Persiapan teknis sederhana ini dapat menentukan kesan awal yang berharga.
3. Membantu Menemukan Pekerjaan Terbaik
Jika dulu pencari kerja harus menghabiskan waktu berjam-jam membaca iklan lowongan, kini AI mampu menghadirkan daftar pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang hanya dalam hitungan detik. LinkedIn, misalnya, bisa menampilkan lowongan yang relevan bahkan dengan akun gratis.
Platform ini memanfaatkan data keterampilan, pengalaman, hingga interaksi pengguna untuk menghubungkan kandidat dengan peluang yang tepat. Javier menegaskan, keunggulan ini membuat pencari kerja lebih efisien.
Alih-alih membuang energi mengirim lamaran ke ratusan posisi, mereka bisa fokus pada peluang yang benar-benar sejalan dengan kompetensi. Dampaknya positif, bukan hanya bagi pelamar, tetapi juga bagi perusahaan yang ingin menemukan kandidat berkualitas tanpa harus menyeleksi ribuan resume.
4. Meningkatkan Efisiensi Kerja
Era AI menuntut pencari kerja untuk berpikir adaptif. Javier menekankan bahwa mereka yang masih terpaku pada metode tradisional, seperti mengandalkan satu template resume untuk semua lamaran, akan tertinggal. Sebaliknya, mereka yang terbuka menggunakan AI sebagai alat bantu justru lebih siap bersaing.
Pencari kerja yang cerdas bukan hanya memanfaatkan teknologi, tetapi juga tahu kapan harus menambahkan sentuhan personal. Resume yang disusun AI bisa menjadi fondasi, tetapi cerita pribadi yang autentik tetap menjadi nilai jual utama. Perpaduan teknologi dan keaslian inilah yang akan memberi keunggulan kompetitif di pasar kerja yang semakin padat.
Kecerdasan buatan telah mengubah wajah pasar kerja dengan cepat. Kondisi ini bisa menjadi peluang emas atau jebakan, tergantung bagaimana para pencari kerja menyikapinya.
Adaptas dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu, bukan pengganti menjadi kunci. Seseoran yang mampu menggabungkan keduanyal akan menjadi unggulan dan releven meski persaingan semakin ketat di era digital ini.