6 Cara Kreatif Menabung Ala Gen Z, Ampuh Bikin Uang Cepat Terkumpul

Ilustrasi menabung
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Generasi Z sering kali digambarkan sebagai kelompok yang hidup di tengah tekanan ekonomi mulai dari biaya hidup yang kian tinggi, cicilan pendidikan, hingga kabar suram soal harga rumah. Di tengah tantangan itu, anak muda kelahiran 1997–2012 ini berhasil tampil sebagai generasi paling cerdas dalam mengelola keuangan.

Masih Percaya Menabung Cukup untuk Masa Depan? Pakar Ungkap 3 Fakta Penting soal Uang

Bagi gen Z, menabung bukan sekadar menyisihkan uang sisa belanja, melainkan strategi hidup yang dijalankan dengan cara kreatif, transparan, sekaligus relevan dengan perkembangan zaman. Kalabgan gen Z tumbuh dalam era digital, terbiasa dengan aplikasi finansial, hingga nyaman membicarakan soal gaji dan tabungan secara terbuka. 

Kebiasaan-kebiasaan tersebut bahkan cocok diterapkan berbagai generasi yang ingin lebih stabil secara finansial. Dikutip dari GoBankingRates, berikut enam strategi menabung gen Z yang terbukti ampuh dan bisa dipraktikkan oleh siapa saja.

1. Terapkan Metode Amplop

5 Tips Belanja Produk Rumah Tangga di E-Commerce Tanpa Ganggu Budget Bulanan

Metode envelope budgeting atau metode amplop sebenarnya bukan hal baru. Konsepnya sederhana: pisahkan uang sesuai kategori pengeluaran, misalnya untuk makan, transportasi, hingga hiburan. Begitu isi amplop habis, berarti tidak ada tambahan belanja sampai periode berikutnya.

Bedanya, Gen Z menghidupkan kembali strategi ini dengan sentuhan digital dan media sosial. Lewat tren “cash stuffing” di TikTok atau Instagram, mereka menjadikannya gaya hidup yang menyenangkan sekaligus estetik. Tidak heran, banyak orang yang akhirnya ikut mencoba metode ini demi disiplin menjaga anggaran.

2. Manfaatkan Fitur Otomatisasi dan AI

Jalani Quarter Life Crisis dengan Tenang, 5 Cara Gen Z Keluar dari Tekanan Finansial di Usia 20an

Bagi Gen Z, konsistensi adalah kunci. Mereka tak segan memanfaatkan aplikasi keuangan, fitur auto-debit tabungan, hingga layanan investasi berbasis AI. Tujuannya jelas: menabung tanpa harus ribet mengingat jadwal transfer.

Sebagai generasi digital native, penggunaan teknologi bukan sekadar gaya, melainkan kebutuhan. Dengan otomatisasi, menabung jadi kebiasaan yang berjalan di belakang layar tanpa terasa memberatkan. Strategi ini tentu relevan untuk siapa pun yang sering lupa atau mudah tergoda untuk belanja di luar rencana.

3. Buat Menjadi Game

Gen Z menyadari bahwa menabung bisa terasa membosankan sehingga mereka mengubahnya menjadi permainan. Mulai dari tantangan “No Buy Month” hingga “52-Week Savings Challenge” yang semuanya dirancang untuk memberikan rasa pencapaian setiap kali target berhasil dilewati.

Cara ini terbukti efektif karena rasa kompetisi untuk ‘mengalahkan’ diri sendiri sehingga membuat seseorang lebih konsisten. Cara ini bisa menjadi solusi bagi Anda yang merasa kesulitan menabung.

4. Teknik Loud Budgeting

Jika generasi sebelumnya terbiasa menolak ajakan nongkrong dengan alasan klise, Gen Z lebih memilih untuk blak-blakan. Konsep loud budgeting adalah berani berkata, “Aku nggak ikut, lagi nabung buat dana darurat,” ketimbang mencari alasan lain.

Kejujuran ini justru menjadi bentuk kontrol diri sekaligus normalisasi pembicaraan soal keuangan. Dengan cara ini, mereka bisa menahan diri dari pengeluaran yang tidak sesuai tujuan, sekaligus mendorong teman-teman sebaya untuk lebih memahami pentingnya prioritas finansial.

5. Belanja Barang Bekas

Fenomena thrifting bukan sekadar tren gaya, tapi juga strategi hemat ala Gen Z. Menurut survei Harris Poll 2024, lebih dari 60% Gen Z pernah membeli pakaian atau aksesori bekas. Selain harga yang jauh lebih miring, thrifting juga ramah lingkungan dan membuka peluang menemukan barang unik.

Strategi ini dapat membantu siapa saja memperpanjang umur pakaian, menghemat belanja, dan bahkan membuka peluang usaha jika barang hasil thrifting dijual kembali. Jadi, belanja bekas bukan sekadar gaya hidup, tapi juga investasi kecil yang bisa mendukung tabungan.

6. Cari Sumber Penghasilan Tambahan

Bagi Gen Z, mengandalkan satu sumber penghasilan dianggap kurang bijak. Banyak dari mereka menjalani pekerjaan sampingan, mulai dari jualan online, menjadi freelancer, hingga membuat konten digital. Hasilnya pun cukup signifikan: survei Self menemukan rata-rata Gen Z bisa menghasilkan lebih dari Rp8 juta per tahun dari side hustle.

Pendapatan tambahan ini biasanya langsung dialihkan ke tabungan atau investasi, sehingga mempercepat pencapaian tujuan finansial. Strategi ini patut dicontoh, sebab menabung dengan cara menekan pengeluaran memiliki batas, tetapi menambah pemasukan hampir tak terbatas.

Gen Z membuktikan bahwa menabung bisa dilakukan dengan cara modern, kreatif, dan menyenangkan dan relevan untuk siapa saja. Menabung bukan soal usia, melainkan soal strategi dan konsistensi. Jadi, tidak ada salahnya mencontek “jurus hemat” ala Gen Z untuk memperkuat kondisi finansial di tengah ekonomi yang serba menantang.