Gen Z Lebih Suka WFH, Ternyata Ini 7 Alasan Mereka Ogah Balik Ngantor
- Freepik
Lifestyle – Di tengah transformasi dunia kerja yang dipicu oleh pandemi dan kemajuan teknologi, generasi Z, kelahiran antara 1997 hingga 2012, menjadi pengubah arah tren terbesar. Mereka membawa perspektif baru yang berbeda dari generasi sebelumnya, terutama dalam hal preferensi bekerja.
Salah satu pergeseran mencolok yang terjadi adalah tingginya ketertarikan Gen Z terhadap model kerja dari rumah atau work from home (WFH).
Berbagai survei internasional menunjukkan bahwa Gen Z bukan sekadar mengikuti tren, tetapi benar-benar menginginkan sistem kerja yang memberi mereka fleksibilitas, kemandirian, dan keseimbangan hidup yang lebih baik.
Namun, bukan berarti mereka menolak total kehadiran di kantor. Sebagian besar dari mereka justru mendambakan model hybrid, perpaduan antara kerja di rumah dan di kantor. Berikut adalah alasan utama mengapa Gen Z lebih memilih WFH atau model kerja fleksibel dibanding harus ke kantor setiap hari.
1. Mengutamakan Fleksibilitas dan Kebebasan
Gen Z tumbuh di era digital yang serba cepat dan fleksibel. Mereka menginginkan ruang kerja yang memberi keleluasaan mengatur waktu dan tempat kerja sesuai gaya hidup dan produktivitas masing-masing. Model kerja WFH memungkinkan mereka lebih fokus, menghindari distraksi perjalanan ke kantor, dan menyusun rutinitas harian yang lebih sehat.
2. Menilai Kinerja dari Hasil, Bukan Kehadiran
Bagi Gen Z, keberhasilan kerja seharusnya diukur dari output, bukan berapa lama mereka duduk di meja kantor. Dengan sistem WFH, penilaian lebih berbasis pada kinerja nyata. Mereka merasa sistem ini lebih adil dan transparan, menghindari budaya kerja yang mengutamakan jam panjang tanpa produktivitas nyata.
3. Hemat Waktu dan Biaya Transportasi
Bekerja dari rumah secara langsung menghemat waktu perjalanan yang bisa mencapai 1–2 jam setiap hari. Selain itu, pengeluaran untuk transportasi, makan siang di luar, hingga kebutuhan busana kantor juga bisa ditekan. Bagi Gen Z yang banyak berada pada tahap awal karier, efisiensi ini sangat berarti.
4. Keseimbangan antara Kerja dan Kehidupan Pribadi
Menurut survei yang dilansir CNBC dan Unispace, Gen Z sangat menghargai work-life balance. Mereka tidak ingin hidup hanya untuk bekerja. Dengan WFH, mereka bisa menyisihkan waktu untuk hobi, keluarga, olahraga, hingga mengembangkan skill pribadi di luar pekerjaan utama.
5. Nyaman dalam Ekosistem Digital
Sebagai generasi digital native, Gen Z sangat terbiasa dengan tools kolaborasi seperti Zoom, Slack, atau Google Workspace. Mereka tidak merasa kesulitan berkomunikasi secara virtual. Justru, mereka merasa lebih produktif ketika bisa fokus tanpa gangguan sosial yang berlebihan di kantor.
6. Mendambakan Lingkungan Kerja yang Inklusif dan Setara
Gen Z ingin bekerja di tempat yang memberi ruang untuk semua orang berkembang tanpa hierarki yang kaku. Model kerja WFH atau hybrid dianggap bisa menghilangkan banyak bias visual, seperti stereotip berdasarkan penampilan atau gaya berpakaian, yang sering terjadi di lingkungan kerja fisik.
7. Membuka Akses ke Peluang Global
Melalui sistem kerja jarak jauh, Gen Z bisa bekerja untuk perusahaan luar negeri tanpa harus pindah domisili. Hal ini memungkinkan mereka meraih penghasilan lebih tinggi dan pengalaman internasional tanpa meninggalkan kenyamanan rumah.
Meskipun lebih menyukai WFH, sebagian Gen Z tetap merasa perlu hadir ke kantor untuk hal-hal tertentu. Survei dari Robert Half dan Axios menunjukkan bahwa banyak dari mereka masih mendambakan mentoring dari rekan senior, kesempatan membangun jaringan, dan pelatihan tatap muka.
Karena itulah, model kerja hybrid, gabungan antara WFH dan hadir di kantor, menjadi format kerja yang paling ideal bagi Gen Z.
Tren kerja Gen Z menunjukkan bahwa generasi ini tidak lagi terpaku pada rutinitas konvensional. Mereka lebih memilih sistem kerja yang memberi kendali atas waktu, mendukung keseimbangan hidup, serta menghargai hasil dibanding kehadiran fisik.
Jika perusahaan ingin menarik dan mempertahankan talenta Gen Z, maka menyediakan opsi WFH atau hybrid bukan lagi sekadar bonus, melainkan sebuah kebutuhan.