Belajar Frugal Living dari Filosofi Yunani, Hidup Sederhana Tanpa Mengorbankan Kebahagiaan
- Freepik
Lifestyle – Di era serba instan dan glamor seperti sekarang, hidup sederhana sering dianggap membosankan, bahkan menyedihkan. Padahal, sejak ribuan tahun lalu, para filsuf Yunani Kuno telah mempraktikkan kehidupan yang jauh dari kemewahan, namun tetap bahagia dan bermakna.
Salah satu ajaran yang relevan hingga kini adalah stoikisme, yang ternyata sejalan dengan prinsip frugal living.
Frugal living adalah gaya hidup yang menekankan pengeluaran bijak—membeli apa yang perlu, bukan apa yang diinginkan semata. Meski sering dikira “pelit” atau menyiksa diri, sejatinya frugal living justru memberikan ruang untuk ketenangan, kebebasan finansial, dan kebahagiaan batin.
Ketika digabungkan dengan prinsip Stoikisme, frugal living menjadi lebih dari sekadar strategi hemat—ia menjelma menjadi cara hidup yang penuh makna.
Apa Itu Stoikisme?
Stoikisme adalah filsafat hidup dari Yunani Kuno yang dikenalkan oleh Zeno dari Citium, dan dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius. Inti ajarannya adalah:
- Mengendalikan apa yang bisa dikendalikan, dan menerima apa yang tidak bisa diubah.
- Menghindari keinginan berlebihan, karena keinginan adalah sumber penderitaan.
- Mencari kebahagiaan dari dalam diri, bukan dari harta atau status sosial.
Dengan prinsip-prinsip ini, para Stoik berusaha hidup sederhana, mandiri, dan tidak terombang-ambing oleh situasi luar. Ini sangat cocok diterapkan dalam kehidupan modern yang penuh godaan konsumtif.
Hubungan Stoikisme dan Frugal Living
Stoikisme dan frugal living sama-sama menekankan pengendalian diri dan kesadaran dalam mengambil keputusan. Dalam keuangan pribadi, artinya tidak mengikuti tren belanja hanya karena FOMO, tidak menumpuk barang yang tak perlu, dan tidak menjadikan uang sebagai sumber kebahagiaan utama.
Prinsip Stoik membantu Anda bertanya:
Apakah saya membeli ini karena butuh, atau hanya karena ingin terlihat keren? Apakah barang ini membawa nilai, atau sekadar pemuas ego sesaat?
Dengan bertanya seperti itu, Anda membangun pola pikir yang mendukung pengelolaan keuangan yang sehat dan berkelanjutan.
Cara Menerapkan Stoikisme dalam Frugal Living
Berikut beberapa cara praktis menggabungkan Stoikisme dalam gaya hidup hemat Anda:
1. Latih Diri dengan "Penghindaran Sukarela"
Seneca, salah satu filsuf Stoik, menganjurkan sesekali hidup dengan sangat sederhana—makan seadanya, tidur di lantai, tanpa kenyamanan—untuk menyadari bahwa Anda bisa bahagia tanpa kemewahan. Cobalah praktik ini dalam bentuk:
- Menghindari jajan seminggu
- Tidak belanja barang baru selama sebulan
- Membuat tantangan "no spend week"
Ini bukan sekadar hemat, tapi latihan mental untuk tidak bergantung pada kesenangan eksternal.
2. Fokus pada Nilai Jangka Panjang
Marcus Aurelius mengingatkan, “Harta yang sesungguhnya adalah waktu dan kebijaksanaan.” Maka, dalam belanja pun fokuslah pada hal yang memberi nilai jangka panjang: investasi diri, kesehatan, pendidikan, dan pengalaman yang membentuk Anda.
3. Syukuri yang Sudah Dimiliki
Stoikisme mengajarkan konsep amor fati—mencintai takdir. Dalam konteks frugal living, artinya bersyukur atas barang yang Anda miliki, tidak membandingkan hidup dengan orang lain, dan sadar bahwa cukup lebih baik daripada selalu ingin lebih.
Manfaat Frugal Living ala Stoik
Menggabungkan Stoikisme dan frugal living bukan hanya menghemat pengeluaran, tapi juga memberi manfaat lain:
- Hidup lebih tenang karena tidak bergantung pada tren atau validasi sosial
- Finansial lebih stabil karena Anda terbiasa hidup dengan pengeluaran minimal
- Bahagia dari dalam, bukan dari benda luar
- Lebih siap menghadapi krisis, karena sudah terbiasa hidup sederhana
Frugal living tidak harus menyiksa atau terasa miskin. Dengan pendekatan Stoikisme dari Yunani Kuno, gaya hidup hemat menjadi bentuk kekuatan, kendali diri, dan jalan menuju kebahagiaan sejati. Anda tidak hanya menabung uang, tapi juga membangun karakter dan ketenangan batin.
Jika Anda merasa gaya hidup modern terlalu melelahkan dan penuh tekanan untuk "selalu punya lebih", mungkin ini saatnya kembali ke akar kebijaksanaan lama: hidup sederhana, tapi tidak kekurangan apa-apa.