Kenapa Sate Kere Solo Disebut Makanan Rakyat Jelata? Ini Ceritanya!

Sate Kere
Sumber :
  • Indonesia Kaya

Keunikan sate kere terletak pada bahan baku dan penyajiannya. Tempe gembus memiliki tekstur lembut namun kenyal, memberikan sensasi mirip daging saat disantap. Jeroan sapi, seperti kikil atau usus, menambah dimensi tekstur yang khas. 

Sebelum dibakar, bahan-bahan ini biasanya direndam dalam bumbu baceman—campuran bawang putih, ketumbar, dan garam—untuk menambah cita rasa. Setelah dibakar di atas bara arang, sate kere disiram dengan bumbu kacang yang kental, diolah dengan gula merah dan cabai, serta kadang ditambahkan aroma daun jeruk untuk kesegaran.

Sate kere sering disajikan dengan lontong atau ketupat, serta irisan bawang merah dan cabai sebagai pelengkap. Bumbu kacangnya, yang tidak ditumbuk terlalu halus, memberikan tekstur kasar yang memperkaya pengalaman menyantap. 

Di beberapa tempat, seperti warung Sate Kere Yu Rebi di Jalan Kebangkitan Nasional, Solo, pengunjung juga dapat menikmati variasi sate jeroan atau tempe gembus goreng sebagai pelengkap. Warung ini, yang buka dari pukul 10.00 hingga 17.00 WIB, menjadi salah satu destinasi kuliner favorit di Solo.

Dari Makanan Rakyat ke Ikon Kuliner

Meskipun awalnya identik dengan makanan rakyat jelata, sate kere kini telah “naik kelas” dan menjadi ikon kuliner Solo yang digemari berbagai kalangan, termasuk wisatawan domestik dan mancanegara. 

Warung seperti Sate Kere Mbak Tug di Jalan Arifin, Jebres, yang menjadi langganan Presiden Joko Widodo, membuktikan popularitasnya. Warung ini sering kehabisan stok sebelum tengah hari karena tingginya antusiasme pelanggan.