Kenapa Kita Bisa Tiba-Tiba Muak dengan Kerjaan?

Ilustrasi Stres Tuntutan Kerja
Sumber :
  • Freepik

LifestylePernah nggak sih kamu bangun pagi, buka laptop atau sampai kantor, lalu rasanya “duh, udah muak banget sama kerjaan ini”? Tenang, kamu nggak sendirian. Banyak orang pernah berada di titik itu entah karena pekerjaan terasa monoton, tekanan yang terlalu berat, atau sekadar tubuh dan pikiran yang sudah kelelahan.

Rasa muak dengan kerjaan ini sering kali bukan sekadar bosan. Bisa jadi itu sinyal awal burnout, kondisi ketika kita merasa lelah secara fisik, emosional, dan mental akibat tekanan pekerjaan yang terus-menerus. Kalau dibiarkan, burnout bisa merusak produktivitas, kesehatan, bahkan hubungan pribadi.

Apa Itu Burnout?

Menurut para peneliti, burnout bukan sekadar capek biasa. Psikolog Christina Maslach, salah satu tokoh utama yang meneliti burnout, menjelaskan bahwa ada tiga komponen utama dalam kondisi ini yakni kelelahan, sinisme, dan rasa tidak efektif secara proesional.

“Respon stres yang tidak diikuti pemulihan akan menyebabkan kelelahan, kemudian muncul sikap negatif terhadap tempat kerja, sinisme dan negativitas terhadap diri sendiri, serta rasa tidak efektif secara profesional. Tiga hal ini adalah komponen burnout,” kata dia.

Dengan kata lain, burnout bukan hanya tentang fisik yang capek, tapi juga menyangkut pikiran dan emosi. Kita jadi sinis terhadap kerjaan, merasa nggak berguna, dan kehilangan motivasi.

Tanda-Tanda Kamu Sedang Burnout

Coba cek apakah kamu mengalami hal berikut:

  • Capek terus-menerus, bahkan setelah tidur cukup.
  • Motivasi kerja menurun drastis.
  • Mudah kesal atau frustrasi, bahkan untuk hal kecil.
  • Sulit tidur atau merasa cemas sebelum memulai hari kerja.
  • Menjauhi rekan kerja atau enggan terlibat dalam tim.
  • Merasa nggak ada gunanya meski sudah kerja keras.

Kalau beberapa tanda ini kamu rasakan, besar kemungkinan kamu sedang mengalami burnout.

Penyebab Utama: Kenapa Bisa Muak dengan Pekerjaan?

Ada banyak faktor yang bisa bikin kita sampai muak:

  1. Beban kerja berlebihan – deadline mepet, tugas menumpuk, lembur berkepanjangan.
  2. Kurangnya kontrol – merasa tidak punya kendali atas tugas atau keputusan.
  3. Work-life balance yang hancur – kerja terus tanpa waktu untuk diri sendiri.
  4. Kurang penghargaan – usaha sudah maksimal, tapi tidak diakui atau dihargai.
  5. Lingkungan kerja toksik – budaya kompetitif berlebihan, komunikasi buruk, atau atasan yang tidak suportif.

Gabungan faktor-faktor ini bisa membuat pekerjaan yang dulunya menyenangkan terasa jadi beban yang berat.

Cara Mengatasi Rasa Muak dengan Pekerjaan

Kabar baiknya, burnout bisa dicegah dan diatasi. Yuk, coba langkah-langkah berikut:

1. Istirahat dan Pulihkan Diri

Kadang, yang kita butuhkan hanyalah waktu rehat. Tidur cukup, cuti sehari, atau sekadar menjauh dari layar sebentar bisa membantu otak dan tubuh pulih. Sally Clarke, pakar burnout, menegaskan pentingnya pemulihan.

“Pemulihan itu sangat penting. Itu bisa berupa tidur yang cukup, mengambil cuti, atau punya waktu jauh dari pekerjaan. Jika kita tidak memberi kesempatan tubuh dan pikiran untuk istirahat, burnout akan makin parah,” ujarnya.

2. Tetapkan Batas

Belajar bilang “tidak” ketika pekerjaan sudah terlalu banyak. Jangan merasa bersalah untuk menolak tambahan tugas kalau memang kapasitasmu sudah penuh. Misalnya, atur jam kerja dan jangan cek email kantor di luar jam tersebut.

3. Cari Makna dalam Pekerjaan

Kadang burnout terjadi karena kita merasa kehilangan tujuan. Coba ingat lagi alasan awal kenapa kamu memilih pekerjaan ini. Fokus pada hal-hal positif misalnya dampak kerjaanmu terhadap orang lain atau skill yang kamu kembangkan.

4. Bangun Dukungan Sosial

Ngobrol dengan rekan kerja, curhat ke teman dekat, atau bahkan bicara ke atasan bisa membantu. Dukungan sosial terbukti mampu menurunkan rasa tertekan dan membuat kita merasa tidak sendirian.

5. Praktik Self-Care

Lakukan aktivitas yang bikin kamu senang di luar kerja: olahraga ringan, nonton film, berkebun, atau sekadar jalan santai. Seorang psikoterapis bahkan menyarankan teknik activity pairing, menggabungkan tugas yang bikin stres dengan sesuatu yang menyenangkan. Misalnya, dengar musik favorit saat mengerjakan laporan.

Peran Perusahaan Juga Penting

Mengatasi burnout bukan hanya tanggung jawab individu, tapi juga organisasi. Perusahaan bisa berperan besar dengan cara:

  • Membagi beban kerja secara adil.
  • Memberi fleksibilitas (work from home, jam kerja fleksibel).
  • Memberikan penghargaan dan pengakuan atas kerja keras karyawan.
  • Menciptakan budaya terbuka soal kesehatan mental.

Lingkungan kerja yang suportif akan sangat mengurangi risiko burnout.

Cara Mencegah Agar Tidak Kembali Burnout

Setelah mulai pulih, pastikan burnout tidak terulang:

  • Buat rutinitas sehat: tidur teratur, makan bergizi, olahraga.
  • Luangkan waktu untuk hobi dan kehidupan sosial.
  • Pantau kondisi mental secara berkala.
  • Tetapkan tujuan karier yang jelas agar motivasi tetap terjaga.