Kenapa Mi Instan Bikin Nagih? Jawabannya Ada di Otak Kita

Ilustrasi mi instan
Sumber :
  • Istimewa

Lifestyle –Siapa yang tidak kenal mi instan? Makanan cepat saji ini jadi penyelamat di kala lapar mendadak atau malas masak. Rasanya gurih, cepat dibuat, dan selalu berhasil bikin kita merasa puas.

Tapi pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa mi instan bisa bikin nagih? Ternyata jawabannya ada di otak kita dan ada penjelasan ilmiah di balik sensasi ketagihan itu.

Pertama pahami rasa gurih dari umami. Rasa gurih atau umami adalah kunci utama. Umami berasal dari asam amino glutamat, yang secara alami ada di makanan seperti daging, jamur, dan keju parmesan. Pada mi instan, sensasi ini diperkuat dengan monosodium glutamate (MSG).

Menurut Dr. Charles Spence, profesor psikologi eksperimental di University of Oxford, rasa umami mampu memberikan pengalaman makan yang lebih kaya dan mendalam.

“Umami merangsang kombinasi rasa dan aroma sehingga menciptakan sensasi puas yang lebih lama dibandingkan rasa lain,” kata dia.

Dengan kata lain, setiap kali kita menyeruput kuah mi instan, otak menerima sinyal kepuasan ekstra yang membuat kita ingin mengulanginya.

Peran Garam: Aktivasi Jalur Hadiah di Otak

Selain MSG, kandungan garam pada mi instan juga berperan besar. Garam bukan hanya sekadar penambah rasa, garam berhubungan langsung dengan sistem dopamin, zat kimia otak yang mengatur rasa senang dan “reward”.

Dr. Charles Spence juga menjelaskan bahwa tubuh manusia secara alami menyukai garam karena di masa lalu mineral ini langka. Ia mengatakan, garam memberi dorongan sensorik yang memicu sistem reward di otak, sehingga kita terdorong untuk terus mengonsumsinya.

Inilah alasan kenapa mi instan dengan kuah asin-gurih terasa lebih memuaskan dibanding makanan hambar. Otak seperti memberi ’hadiah’ setiap kali kita menikmatinya.

MSG dan “Trik” Otak dalam Menyukai Mi Instan

MSG sering dianggap kontroversial, tapi penelitian modern menunjukkan bahwa dalam kadar wajar, MSG aman dan bisa meningkatkan cita rasa. Efek utamanya adalah memperkuat rasa gurih sehingga otak menafsirkannya sebagai makanan lezat dan memuaskan.

“Ketika rasa makanan diperkuat dengan umami, otak cenderung menilai makanan itu lebih mengenyangkan dan enak, meskipun sebenarnya tidak menambah nilai gizi,” sambung Spence.

Inilah yang membuat mi instan bisa terasa seperti comfort food: sederhana, tapi sangat memuaskan.

Faktor Psikologi: Nostalgia dan “Food Memory”

Selain faktor biologis, ada unsur psikologi yang membuat mi instan terasa istimewa. Banyak orang mengaitkan mi instan dengan momen tertentu misalnya saat begadang, hujan deras, atau masa kuliah. Kenangan emosional ini menciptakan food memory, yaitu keterikatan otak pada makanan tertentu karena pengalaman masa lalu.

Dr. Spence dalam penelitiannya tentang multisensory experience menekankan bahwa rasa makanan tidak hanya berasal dari lidah, tapi juga dari ingatan, suasana, hingga budaya. Artinya, mi instan jadi nagih bukan hanya karena rasanya, tapi juga karena pengalaman emosional yang melekat padanya.

Jika digabungkan, ada tiga alasan utama kenapa mi instan bikin nagih:

  1. Umami dari MSG yang memberi rasa gurih mendalam.
  2. Garam yang memicu sistem reward otak lewat dopamin.
  3. Faktor psikologis yang membuat kenangan emosional memperkuat keterikatan.

Hasilnya? Setiap kali makan mi instan, kita tidak hanya memuaskan perut, tapi juga memberi “hadiah” ke otak dan hati.

Apakah Mi Instan Bisa Bikin Kecanduan?

Secara medis, mi instan tidak termasuk kategori zat adiktif seperti narkotika atau nikotin. Namun, kombinasi rasa gurih, garam, dan pengalaman emosional bisa menciptakan habit loop yakni makan membuat senang sehingga tercipta untuk ingin lagi.

“Kecenderungan untuk mencari makanan gurih bukanlah kecanduan klinis, melainkan bentuk preferensi yang diperkuat oleh pengalaman sensorik dan emosional,” Dr. Spence menegaskan.

Dengan kata lain, mi instan bikin nagih, tapi kita masih bisa mengendalikan konsumsinya.