5 Alat yang Bisa Membantu Orang Tua Pantau Asma Anak di Rumah
- Freepik
Lifestyle – Asma adalah penyakit kronik yang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tapi bisa dikendalikan. Pengelolaan yang baik akan memungkinkan anak tetap aktif, bermain, bahkan berolahraga tanpa gangguan berarti. Namun, pengendalian ini menuntut keterlibatan aktif dari orang tua dalam memantau kondisi anak setiap hari.
Menurut Sekretaris Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Wahyuni Indawati, Sp.A, Subsp.Respi(K), dalam webinar daring pada Selasa, 27 Mei 2025 pengelolaan asma bertujuan agar anak tidak hanya sembuh dari serangan, tetapi bisa menjalani hidup normal seperti anak lain:
“Faktor keturunan memang tidak bisa diubah, tapi gejala asma bisa dikendalikan. Artinya, anak yang punya bakat asma belum tentu harus bergejala,” tuturnya.
Agar pengendalian bisa dilakukan secara optimal dari rumah, berikut adalah lima alat yang bisa membantu orang tua memantau asma anak setiap hari:
1. Peak Flow Meter
Peak flow meter adalah alat sederhana untuk mengukur seberapa cepat anak dapat menghembuskan napas. Hasil pengukuran ini memberi gambaran tentang seberapa terbuka atau menyempitnya saluran pernapasan.
Alat ini sangat berguna untuk mendeteksi penurunan fungsi paru sebelum gejala terasa. Jika angka menurun dari zona aman, orang tua bisa langsung mengambil langkah pencegahan, seperti pemberian inhaler atau membatasi aktivitas anak.
2. Spacer untuk Inhaler
Spacer atau alat bantu pernapasan digunakan bersama inhaler untuk memastikan obat masuk lebih optimal ke saluran napas anak. Tanpa spacer, banyak obat justru terbuang atau tertinggal di mulut.
Spacer sangat disarankan untuk anak-anak karena memudahkan penggunaan inhaler, terutama bagi mereka yang kesulitan menyelaraskan napas dan semprotan obat. Bentuknya seperti tabung, kadang dilengkapi masker, dan bisa digunakan di rumah saat serangan ringan terjadi.
3. Nebulizer Portabel
Nebulizer adalah alat yang mengubah obat cair menjadi uap agar bisa dihirup langsung ke paru-paru. Nebulizer portabel menjadi pilihan ideal untuk rumah karena ringkas dan mudah dibawa bepergian.
Nebulizer sering dipakai saat anak mengalami serangan asma ringan hingga sedang, atau saat obat dalam bentuk inhaler tidak mencukupi. Ini adalah alat esensial untuk keluarga dengan anak pengidap asma yang sering kambuh.
4. Pulse Oximeter
Pulse oximeter mengukur kadar oksigen dalam darah dan denyut jantung. Angka saturasi normal berada di atas 95%. Jika turun di bawah angka tersebut, bisa menjadi tanda awal bahwa anak mengalami gangguan pernapasan.
Dengan alat ini, orang tua bisa memantau apakah anak cukup mendapatkan oksigen meskipun gejalanya belum terlihat jelas. Ini sangat membantu dalam memutuskan kapan harus mencari pertolongan medis.
5. Aplikasi Pemantau Asma
Kini banyak aplikasi ponsel yang memungkinkan orang tua mencatat gejala, pemicu, penggunaan obat, dan hasil pengukuran harian. Aplikasi ini bahkan bisa memberi pengingat waktu penggunaan obat atau konsultasi ke dokter.
Dengan data yang terkumpul secara sistematis, dokter pun akan lebih mudah mengevaluasi pola kekambuhan dan efektivitas pengobatan.
Selain memanfaatkan alat bantu, Dr. Wahyuni menegaskan bahwa kontrol terhadap pencetus juga sangat penting untuk mencegah kekambuhan.
“Saluran napas anak dengan asma itu seperti daun putri malu. Begitu ada pencetus, langsung menguncup, bengkak, dan memproduksi lendir berlebihan,” kata dia.
Oleh karena itu, pemantauan dengan alat-alat ini bukan hanya soal pengobatan, tetapi juga bagian dari strategi pencegahan agar anak bisa hidup bebas dari gejala yang mengganggu.
Ingat, tujuan utama pengelolaan asma adalah mengendalikan, bukan hanya mengobati. Dengan pemantauan harian yang lebih akurat dan konsisten, anak-anak pengidap asma dapat tetap menjalani hidup aktif, nyaman, dan sehat.