Quiet Firing, Taktik Halus Perusahaan Menyingkirkan Karyawan Tanpa Memecatnya!
- Freepik
Lifestyle –Tidak semua orang kehilangan pekerjaan karena adu argumen atau adu kecerdikan dengan atasan dan HR (Human Resources). Ada juga yang disingkirkan secara perlahan dan diam-diam, sampai akhirnya satu-satunya pilihan adalah mengajukan surat pengunduran diri.
Menurut survei HRTech tahun 2025 terhadap lebih dari 1.000 manajer di AS, 53% atasan mengaku pernah menggunakan teknik “quiet firing”, dan hampir setengah dari 20.000 responden di LinkedIn pada 2022 mengaku pernah melihat atau mengalaminya sendiri.
Apa itu quiet firing?
Mungkin istilah ini baru saja Anda dengar, tetapi praktiknya sudah lama terjadi. Quiet firing adalah strategi di mana perusahaan membuat pekerjaan terasa tidak memuaskan, mengasingkan, atau tidak produktif, sehingga karyawan merasa tertekan untuk mengundurkan diri daripada diberhentikan secara resmi.
“Quiet firing bukan hal baru, hanya saja sekarang mendapat lebih banyak perhatian,” ujar pengacara utama di Lawyers for Justice, Edwin Aiwazian, kepada USA Today.
Terkait dengan alasan utama mengapa perusahaan melakukan quite firing sendiri lantaran untuk mengurangi biaya dan risiko. Cara ini membantu perusahaan menghindari pembayaran pesangon dan potensi masalah hukum. Di era kerja jarak jauh (remote) dan sistem kerja campuran (hybrid), quiet firing juga lebih mudah dilakukan.
5 Tanda Anda Sedang Mengalami Quiet Firing
Dari dikeluarkan dari rapat, kenaikan gaji dan promosi yang ditunda tanpa alasan jelas, hingga proyek penting yang diambil alih, ada banyak cara quiet firing bisa terjadi.
“Anda akan kehilangan sebagian tanggung jawab, dukungan dari atasan menghilang, perkembangan karier terhenti, dan harapannya adalah Anda akan mundur sendiri,” jelas Jason Walker, Psy.D., Ph.D., Direktur Program dan Associate Professor Psikologi Industri-Organisasi di Adler University.
Berikut ini 5 tanda Anda sedang mengalami Quite Firing seperti dilansir dari laman Times of India.
1. Dikeluarkan dari Rapat
Sebelumnya Anda aktif dalam rapat kerja, tetapi tiba-tiba tidak lagi diundang, tidak menerima email rapat, bahkan tidak mendapatkan notulen (minutes of meeting). Menurut pakar, ini adalah tanda paling umum quiet firing. Hal ini juga bisa terjadi dalam bentuk dikeluarkan dari proyek atau grup diskusi yang sebelumnya aktif.
2. Perubahan Tugas
Bentuknya bisa dua Anda diberi beban kerja yang tidak realistis, atau justru ditempatkan di proyek yang tidak penting.
“Mirip dengan perilaku bullying, Anda bisa saja diberi tugas yang mustahil atau ekspektasi yang tidak jelas seperti jebakan,” kata Walker.
Ini adalah bentuk quiet firing yang lebih agresif, tapi nyata terjadi.
3. Dukungan Menghilang
Tiba-tiba, atasan yang dulu membantu kini lepas tangan. Anda jadi merasa sendirian, bingung, dan terisolasi. Lingkungan kerja pun makin sulit ditoleransi, sampai akhirnya Anda memilih keluar.
4. Pertumbuhan Karier Terhenti
Proses pengembangan diri di perusahaan mendadak berhenti. Pertemuan tatap muka yang dulu membahas cara meningkatkan kontribusi, kini hanya jadi obrolan basa-basi tanpa tujuan. Saat Anda bertanya soal masa depan di perusahaan, jawabannya samar atau bahkan tidak ada.
“Perkembangan karier berhenti total, dan Anda dilewati untuk promosi maupun kenaikan gaji tanpa alasan jelas,” kata Walker.
5. Quiet Firing Lewat Kebijakan
Banyak karyawan membentuk pola hidup berdasarkan kerja dari rumah (work from home). Bagi sebagian orang, ini alasan utama bergabung di perusahaan. Namun, kebijakan kembali ke kantor (Return to Office / RTO) bisa dipakai sebagai cara quiet firing, membuat karyawan keluar dengan sendirinya.
Wende Smith, Kepala Operasional SDM di BambooHR, mengatakan riset perusahaannya menemukan bahwa RTO kerap digunakan sebagai taktik quiet firing. Sebanyak 25% eksekutif VP dan C-suite, serta 18% profesional HR, berharap karyawan mengundurkan diri saat kebijakan RTO diterapkan.