Luka Batin Tersembunyi, Kenapa Orang Dewasa Sering Tampak Baik-Baik Saja Padahal Tidak

Ilustrasi sulitnya menjadi dewasa
Sumber :
  • Freepik

  1. Kelelahan Emosi
    Menyembunyikan perasaan membutuhkan energi besar. Akhirnya, pelaku masking sering merasa lelah bahkan setelah interaksi singkat.
  2. Burnout dan Stres Kronis
    Terlalu sering “berperan” membuat tubuh dan pikiran kewalahan. Ini bisa berujung pada burnout.
  3. Kehilangan Diri Sendiri
    Karena terlalu sering menjadi versi “yang diinginkan orang lain”, pelaku masking bisa lupa siapa dirinya sebenarnya.
  4. Gangguan Kesehatan Mental
    Masking berkepanjangan dikaitkan dengan meningkatnya risiko kecemasan, depresi, dan kesulitan membangun hubungan yang autentik.

Menurut psikolog dari Clarity Therapy, New York, dr. Mikki Lee Elembaby masking adalah strategi bertahan hidup.

“Banyak klien saya mengaku merasa sangat lelah karena terus-menerus memantau perilaku mereka sendiri. Mereka merasa seperti terbakar habis dan terputus dari diri mereka yang sebenarnya,” kata dia.

Penjelasan ini menegaskan bahwa masking sering lahir dari kebutuhan untuk bertahan di lingkungan yang tidak selalu aman secara emosional. Namun, efek sampingnya besar  mulai dari berkurangnya rasa percaya diri, kesepian emosional, hingga sulit membentuk hubungan yang tulus.

Dr. Mikki juga menyebut, tanda umum masking adalah kelelahan setelah interaksi sosial.

“Saat topeng itu dilepas di rumah, banyak orang merasa benar-benar kehabisan tenaga, bahkan kadang mati rasa secara emosional,” ujarnya.

Artinya, masking bukan hanya soal berpura-pura dan ini adalah mekanisme yang menuntut pengorbanan energi mental sangat besar.