Kenapa Karyawan Sering Ngumpat Diam-Diam Kalau Bosnya Nyebelin? Ini Penjelasan Psikologisnya

Ilustrasi mengumpat
Sumber :
  • Freepik

Dalam situasi seperti ini, karyawan merasa tidak punya ruang untuk mengutarakan keluhan secara terbuka sehingga mereka memilih mengumpat diam-diam sebagai pelampiasan.

Sayangnya, strategi ini hanya memberi efek lega sementara. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang bekerja di bawah bos toksik lebih rentan mengalami depresi, kehilangan motivasi, dan memiliki risiko tinggi untuk meninggalkan perusahaan.

Risiko Jangka Panjang

  • Rumination atau overthinking: terus memikirkan perilaku bos membuat stres sulit hilang.
  • Produktivitas menurun: energi terkuras untuk mengeluh, bukan bekerja.
  • Hubungan antar-rekan terganggu: gosip dan keluhan berlebihan bisa memecah kepercayaan tim.
  • Perilaku devian: frustrasi yang tidak tersalurkan bisa berubah menjadi sabotase kecil-kecilan atau perilaku merugikan lainnya.

Bagaimana Mengatasinya?

  1. Alihkan venting ke saluran yang lebih sehat
    Daripada mengumpat terus-menerus, coba tulis semua kekesalanmu di jurnal. Expressive writing terbukti membantu menyalurkan emosi dengan cara yang aman.
  2. Cari solusi, bukan sekadar keluhan
    Jika perlu berbicara dengan rekan kerja, coba arahkan percakapan pada solusi. Misalnya, bagaimana cara menyampaikan masukan ke bos tanpa memicu konflik.
  3. Reframing bersama pendengar
    Kalau mendengarkan keluhan rekan, jangan hanya ikut mengompori. Bantu mereka melihat sisi lain dari situasi tersebut agar emosi negatif tidak semakin membesar.
  4. Bangun budaya psychological safety
    Perusahaan perlu menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa aman menyampaikan pendapat atau kritik. Tanpa hal ini, keluhan diam-diam akan terus berulang.
  5. Pelajari teknik manajemen emosi
    Mindfulness, meditasi, atau sekadar jeda sejenak untuk menarik napas dalam bisa membantu mengurangi stres sebelum emosi meledak.