Bukan Sekedar Pelit! Ternyata Ada Alasan Psikologis di Balik Rojali & Rohana
- Freepik
Ada beberapa alasan psikologis mengapa orang memilih menjadi Rojali atau Rohana:
- Self-control atau pengendalian diri.
Banyak orang sengaja menunda keputusan membeli untuk menghindari pembelian impulsif. Mereka ingin memastikan bahwa barang yang dibeli benar-benar dibutuhkan. - FOMO (Fear of Missing Out).
Ada juga yang sekadar ingin tahu harga, tren, atau promo terbaru. Meski belum ada niat membeli, mereka tidak ingin ketinggalan informasi. - Financial insecurity.
Kondisi keuangan yang terbatas membuat sebagian orang hanya bisa melihat-lihat atau bertanya-tanya dulu, sambil berharap suatu hari bisa membeli.
Menurut psikolog yang dikenal sebagai spesialis perilaku belanja dan penulis buku To Buy or Not to Buy: Why We Overshop and How to Stop, Dr. April Benson, Ph.D., window shopping bisa menjadi cara aman untuk menikmati sensasi belanja tanpa mengeluarkan uang.
“Window shopping bisa jadi cara aman untuk merasakan kenikmatan berbelanja tanpa benar-benar mengeluarkan uang. Namun, jika berlebihan, ini bisa memicu frustrasi,” jelas Dr. Benson dalam wawancara dengan The New York Times.
Dengan kata lain, banyak Rojali dan Rohana yang sebenarnya bukan berniat merugikan pedagang, tetapi mereka menggunakan window shopping sebagai pelarian emosional atau mekanisme mengendalikan keinginan belanja.
Dampak Positif dan Negatif dari Rojali & Rohana
Fenomena ini bisa membawa dampak positif dan negatif, baik bagi konsumen maupun pelaku usaha.