Ketindihan karena Makhluk Halus? Ini Penjelasan Ilmiah dari Dokter
- Freepik
Lifestyle –Pernahkah kamu terbangun di malam hari, sadar tapi tidak bisa bergerak? Napas terasa berat, dada seolah ditekan, dan kadang terasa ada bayangan hitam berdiri di ujung ranjang. Kalau iya, kamu bukan sendirian. Banyak orang menyebut pengalaman ini sebagai ‘ketindihan’ dan tak jarang langsung dikaitkan dengan gangguan makhluk halus.
Namun, ketindihan ternyata bukan gangguan gaib. Secara medis, kondisi ini dikenal sebagai sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Yuk, kita kupas tuntas fenomena ini bareng penjelasan dari salah satu pakar tidur dunia, yang juga seorang clinical psychologist dan sleep specialist asal Amerika Serikat, Dr. Michael Breus.
Pertama mari identifikasi apa itu ketindihan. Secara ilmiah, ketindihan atau sleep paralysis adalah kondisi saat seseorang sadar tapi tidak bisa bergerak atau berbicara, biasanya saat baru tertidur atau menjelang bangun tidur. Kondisi ini terjadi karena tubuh belum sepenuhnya keluar dari fase tidur yang disebut REM (Rapid Eye Movement), padahal otak sudah ‘terbangun’.
Dalam fase REM, otot-otot tubuh memang secara alami mengalami kelumpuhan sementara. Tujuannya adalah agar kita tidak ‘bertindak’ mengikuti mimpi. Tapi saat proses bangun tidur terganggu, otak bisa sadar duluan sementara tubuh belum ikut bangun. Hasilnya? Kamu sadar tapi tak bisa bergerak, itulah sleep paralysis.
Biasanya, episode ini berlangsung hanya sekitar 1–2 menit, tapi karena disertai rasa panik, pengalaman ini terasa jauh lebih lama dan menyeramkan.
Apa Penyebab Ketindihan Menurut Ahli?
Dr. Michael Breus, yang dikenal sebagai The Sleep Doctor, menjelaskan bahwa sleep paralysis terjadi karena gangguan dalam transisi antara fase tidur dan bangun. Menurutnya, sleep paralysis terjadi karena gangguan pada transisi tidur REM. Stres, jadwal tidur tidak teratur, dan kurang tidur kronis memperbesar risikonya. Berikut adalah beberapa penyebab utama ketindihan menurut Dr. Breus:
- Kurang tidur atau kelelahan ekstrem.
- Stres berat atau kecemasan yang tidak tertangani.
- Tidur telentang dalam waktu lama.
- Perubahan zona waktu (jet lag) atau pola tidur yang tidak konsisten.
- Gangguan tidur seperti narkolepsi atau insomnia kronis.
Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, tapi lebih sering dialami oleh remaja, mahasiswa, atau pekerja yang punya pola tidur berantakan.
Kenapa Ketindihan Sering Dianggap Hal Mistis?
Banyak orang menggambarkan ketindihan sebagai pengalaman yang berbau mistis. Mulai dari merasakan kehadiran sosok gaib, mendengar suara aneh, hingga melihat bayangan hitam yang menyeramkan. Tapi ternyata, semua itu bisa dijelaskan secara ilmiah.
Selama sleep paralysis, otak bisa mengalami halusinasi hypnagogic (saat mulai tidur) atau hypnopompic (saat bangun tidur). Halusinasi ini terjadi karena otak masih dalam mode mimpi meskipun kita sudah mulai sadar. Akibatnya, kita bisa melihat sosok bayangan, merasakan sentuhan, atau mendengar suara yang sebenarnya tidak nyata.
"Halusinasi saat sleep paralysis sangat nyata karena terjadi dalam kondisi kesadaran sebagian. Tapi itu bukan supranatural, melainkan neurobiologis," kata Dr. Breus.
Budaya di berbagai belahan dunia memang punya interpretasi masing-masing tentang sleep paralysis. Di Indonesia, fenomena ini sering dianggap sebagai gangguan dari makhluk gaib seperti jin. Di Jepang disebut kanashibari, di Eropa kuno dikenal dengan istilah incubus atau succubus, sementara di Karibia disebut sebagai serangan roh jahat.
Tapi semuanya punya satu kesamaan sensasi ditindih atau ditekan oleh kekuatan tak terlihat. Kini, sains membuktikan bahwa semuanya berakar dari cara kerja otak dan sistem saraf saat kita tidur.
Apakah Sleep Paralysis Berbahaya?
Secara umum, sleep paralysis tidak berbahaya secara fisik. Meski terasa menakutkan, kondisi ini biasanya hilang sendiri dalam beberapa menit dan tidak menyebabkan kerusakan organ atau otak.
Namun, jika ketindihan terjadi sangat sering misalnya beberapa kali dalam seminggu, ini bisa menjadi tanda adanya gangguan tidur serius, seperti:
- Narkolepsi: gangguan neurologis yang menyebabkan kantuk ekstrem di siang hari dan kelumpuhan tidur saat malam.
- Insomnia kronis: membuat pola tidur tidak teratur dan memicu gangguan tidur lainnya.
- Stres berat atau PTSD: gangguan psikologis yang bisa memperburuk kualitas tidur.
Selain itu, sleep paralysis yang berulang bisa memicu gangguan kecemasan, takut tidur, dan bahkan depresi ringan karena kualitas tidur yang terganggu terus-menerus.
Tips Mencegah ‘Ketindihan’
Menurut Dr. Michael Breus, mencegah ketindihan bisa dimulai dari perubahan gaya hidup dan pola tidur. Berikut beberapa tips dari beliau:
1. Tidur cukup setiap malam
Tidurlah minimal 7–8 jam setiap malam. Kurang tidur adalah pemicu utama sleep paralysis.
2. Tetap konsisten dengan jam tidur
Tidur dan bangunlah di waktu yang sama setiap hari, termasuk akhir pekan. Pola tidur acak memicu transisi REM yang kacau.
3. Hindari posisi tidur telentang
Posisi ini membuat lidah dan rahang turun ke belakang, bisa mengganggu pernapasan dan meningkatkan risiko sleep paralysis.
4. Kelola stres dengan baik
Meditasi, yoga, olahraga ringan, journaling, atau sekadar berbicara dengan orang terdekat bisa bantu mengurangi kecemasan yang memicu gangguan tidur.
5. Kurangi paparan gadget dan kafein sebelum tidur
Cahaya biru dari layar dan kafein akan mengganggu siklus tidur alami.
6. Konsultasi bila perlu
Jika sleep paralysis terjadi berulang dan mengganggu keseharian, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter spesialis tidur atau psikiater.