Kenapa Perempuan Bisa Tiba-Tiba Cut Off'? Ini Alasannya Bukan Cuma Karena Marah

Ilustrasi cut-off
Sumber :
  • Pexels

Lifestyle –Pernah nggak kamu merasa bingung karena seorang perempuan yang sebelumnya dekat, intens, dan perhatian mendadak hilang? Nggak balas chat, nggak aktif lagi di media sosial, bahkan mungkin nge-block kamu tanpa penjelasan. Tiba-tiba cut off.

 

Buat sebagian orang, sikap ini terlihat ekstrem, seolah-olah dramatis atau kekanak-kanakan. Tapi buat perempuan yang melakukannya, keputusan itu bukan datang karena marah semata. Justru, ini biasanya lahir dari akumulasi rasa kecewa, luka, dan kelelahan yang sudah disimpan terlalu lama.

 

Faktanya, secara psikologis, memutus hubungan secara total bisa jadi bentuk perlindungan diri. Yuk, kita bahas alasan sebenarnya kenapa perempuan bisa tiba-tiba 'cut off', dan kenapa itu bukan bentuk drama, tapi sinyal bahwa dia sedang berjuang untuk tetap waras.

 

Apa Itu Cut Off dalam Konteks Emosional?

 

Dalam bahasa sehari-hari, cut off artinya memutus kontak dan komunikasi secara sepihak. Tapi dalam konteks psikologi, ini lebih dalam. Bukan hanya berhenti bicara, tapi juga memutus koneksi emosional, bahkan memutus akses orang lain untuk masuk lagi ke kehidupan kita. Biasanya ditandai dengan tidak membalas pesan apa pun, blokir di media sosial atau WhatsApp, tidak mau membicarakan atau menyebutkan orang tersebut lagi. Selain itu, secara sadar menghapus kehadiran orang itu dalam hidup.

 

Semua itu sering dilakukan tanpa peringatan atau penjelasan panjang. Kenapa? Karena yang memutus sudah sampai di titik 'Ngomong pun nggak ada gunanya'.

 

Ini Bukan Marah, Tapi Bentuk Perlindungan Diri

 

Menurut clinical psychologist dan penulis buku Should I Stay or Should I Go?, Dr. Ramani Durvasula, keputusan untuk memutus hubungan secara total seringkali datang dari kebutuhan untuk melindungi diri sendiri, bukan karena dendam atau emosi semata.

"Perempuan yang sudah terlalu sering disakiti tidak selalu meledak, tapi justru menarik diri secara ekstrem karena itu satu-satunya cara bertahan," kata dia.

 

Dalam banyak kasus, perempuan sudah mencoba banyak hal seperti memberi kesempatan, menahan emosi, berusaha memaklumi. Tapi ketika semua itu tidak membuahkan perubahan, dan luka makin dalam, satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri adalah berhenti total.

 

 

Kenapa Sampai Harus Cut Off?

 

  1. Sudah Terlalu Sering Memberi Kesempatan
    Banyak perempuan memilih diam lebih dulu. Memaafkan, berharap berubah, lalu kecewa lagi. Ulangi siklus itu berkali-kali. Sampai akhirnya jenuh, dan memilih diam untuk selamanya.

  2. Merasa Tidak Dihargai Emosinya
    Perasaan yang dipendam, diabaikan, atau bahkan ditertawakan, itu menyakitkan. Apalagi jika setiap kali mencoba jujur, ujungnya dianggap drama.

  3. Dipaksa Kuat Terus-Menerus
    “Kamu kan cewek kuat, masa gitu aja nyerah?” Kalimat-kalimat seperti ini justru menyakiti. Ketika seseorang dipaksa kuat tanpa ruang untuk rapuh, pada akhirnya dia akan menarik diri secara diam-diam.

 

 

Bukan Cari Perhatian, Justru Ingin Menyembuhkan Diri

 

Perempuan yang memutus hubungan diam-diam biasanya tidak mencari pembuktian atau simpati. Justru, dia sedang fokus untuk menata luka yang selama ini disembunyikan. Dan seringkali, cut off adalah:

 

  • Bukti bahwa dia sudah tidak percaya lagi

  • Bentuk akhir dari rasa capek yang sudah terlalu lama dipendam

  • Cara untuk menghindari konflik lanjutan dan menjaga kestabilan emosinya

 

Tindakan ini bukan impulsif. Biasanya ada proses panjang dibaliknya yakni overthinking, denial, rasa bersalah, sampai akhirnya muncul keputusan 'Cukup'.

 

Apakah Semua Cut Off Sehat?

 

Tidak selalu. Ada dua sisi dari tindakan ini:

 

  1. Cut Off sebagai Mekanisme Perlindungan (Healthy Boundaries)
    Ini muncul ketika seseorang sadar bahwa hubungannya sudah tidak sehat, dan ia butuh batas tegas agar bisa sembuh. Contohnya: menjauh dari relasi toksik, narsistik, atau manipulatif.

  2. Cut Off sebagai Cara Menghindari Konfrontasi (Avoidance)
    Ini bisa jadi tidak sehat jika dilakukan untuk lari dari komunikasi atau menyelesaikan masalah. Misalnya: langsung pergi tanpa menjelaskan kesalahan orang lain, padahal masih ada ruang untuk diskusi sehat.

 

Jadi, penting untuk refleksi apakah kamu cut off karena ingin sembuh, atau karena enggan menghadapi konflik?

 

Kapan Perempuan Memang Harus Cut Off?

 

Menurut Dr. Ramani, ada beberapa sinyal bahwa cutting off adalah keputusan yang tepat yakni perasaan tidak aman secara emosional, sering merasa lelah atau drained setelah berinteraksi. Selain itu, tidak bisa mengungkapkan pikiran tanpa takut disalahkan hingga sudah mengalami gaslighting, silent treatment, atau kekerasan verbal.

 

Dalam kondisi ini, perempuan butuh ruang aman untuk sembuh, dan kadang, satu-satunya cara untuk mendapatkannya adalah menutup semua pintu akses terhadap orang yang menyakitinya.

 

Apa yang Harus Dilakukan Setelah Cut Off?

 

Cut off bukan akhir dari segalanya, tapi awal dari proses healing. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:

 

  • Fokus pada pemulihan diri sendiri
    Luangkan waktu untuk journaling, meditasi, atau terapi

  • Jangan stalking atau cek-cek media sosial mereka lagi
    Ini hanya akan memperpanjang keterikatan emosional

  • Bangun ulang kepercayaan pada diri sendiri
    Kamu pantas dicintai tanpa harus terus terluka

  • Cari lingkungan suportif
    Teman sehat dan komunitas bisa bantu pulihkan harga diri yang sempat runtuh

 

Seperti kata Dr. Ramani validate yourself. Artinya, kamu nggak butuh persetujuan orang yang menyakitimu untuk memulai kembali.