Kenapa Laki-Laki Terlihat Lebih Tersiksa Saat Demam hingga Sering Ucapkan 'Mau Sekarat'? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Ilustrasi pria demam
Sumber :
  • Freepik

 

Tekanan Sosial: Harus Kuat, Tapi Tidak Boleh Mengeluh

 

Sepanjang hidup, banyak pria dibesarkan dengan pesan 'Jangan cengeng'. Mereka diajarkan untuk menahan rasa sakit, tidak mengeluh, dan selalu terlihat kuat. Akibatnya? Ketika akhirnya mereka benar-benar sakit, tubuh dan emosi meledak bersamaan semacam 'hak cuti' yang akhirnya digunakan penuh-penuh.

 

Sosiolog dari University of Cambridge menjelaskan bahwa budaya maskulinitas sering menekan pria untuk menunjukkan ketangguhan, sehingga saat jatuh sakit, mereka merasa 'boleh' menjadi lemah sejenak. Fenomena ini sama seperti seseorang yang selama ini selalu terlihat kuat dan sabar di kantor, lalu tiba-tiba menangis di rumah hanya karena tidak bisa membuka tutup botol saus sambal. Yang keluar bukan soal sausnya, tapi akumulasi tekanan hidup.

 

 

Butuh Perhatian atau Validasi Emosi yang Tertunda?

 

Ketika sakit, beberapa pria bukan hanya butuh obat, tapi juga perhatian, validasi, dan ruang untuk merasa dimengerti. Psikolog asal AS, Dr. Ronald Levant, menyebut bahwa banyak pria cenderung mengalami alexithymia yakni kesulitan mengekspresikan emosi secara verbal. Oleh karena itu, saat tubuh mereka mulai 'memaksa istirahat', pria bisa secara tidak sadar mengubah sensasi fisik menjadi ekspresi emosional. Jadi, "Aku kayak mau mati" bisa berarti, “Aku butuh disayang, dipedulikan, dan diperhatikan.” Ini bukan soal lemah, tapi soal komunikasi emosi yang belum terlatih. Sama seperti laptop yang tiba-tiba error hanya karena tidak pernah dimatikan seminggu penuh.