Memahami Lipstick Effect, Fenomena Konsumen Tetap Belanja Saat Krisis Ekonomi
- Freepik
Penyebab Lipstick Effect
Fenomena ini didorong oleh kombinasi faktor psikologis dan ekonomi. Pertama, selama krisis ekonomi, konsumen mengurangi pengeluaran untuk barang mahal karena ketidakpastian pendapatan. Namun, keinginan untuk mempertahankan gaya hidup atau merasa dihargai tetap ada, mendorong pembelian barang mewah kecil yang terjangkau.
Kedua, faktor psikologis seperti retail therapy berperan besar. Membeli lipstik atau produk serupa memberikan kepuasan emosional sementara, membantu konsumen mengatasi kecemasan ekonomi.
Ketiga, pemasaran yang cerdas dari industri kosmetik, seperti promosi atau edisi terbatas, memperkuat daya tarik barang-barang ini. Data dari Nielsen menunjukkan bahwa selama resesi 2008-2009, penjualan produk kosmetik di Amerika Serikat meningkat sebesar 5-10% meskipun PDB nasional menurun.
Dampak pada Keuangan Pribadi
Meskipun pembelian barang seperti lipstik tampak kecil, lipstick effect dapat berdampak signifikan pada keuangan pribadi jika tidak dikelola dengan baik. Pengeluaran kecil yang berulang, seperti membeli kosmetik atau makan di luar secara rutin, dapat menyebabkann dompet tipis terutama bagi mereka dengan pendapatan terbatas.
Misalnya, membeli lipstik seharga Rp200.000 setiap bulan selama setahun berarti pengeluaran Rp2,4 juta, yang bisa dialokasikan untuk dana darurat atau investasi. Di sisi lain, lipstick effect dapat menjadi pengingat untuk tetap disiplin dalam pengelolaan keuangan.