Mengapa Kulit Sering Bermasalah saat Cuaca Berubah? Ini Penjelasan Dokter
- Freepik
Lifestyle – Memasuki pertengahan tahun 2025, Indonesia masih mengalami musim transisi panjang dengan perubahan cuaca tidak menentu, yang diproyeksikan akan berlanjut hingga beberapa waktu mendatang.
Kesehatan kulit seringkali menjadi cerminan kondisi tubuh seseorang, di tengah perubahan cuaca ekstrem dan tekanan gaya hidup modern, seperti polusi di kota besar, stres pekerjaan dan pola makan yang tidak seimbang. Faktor-faktor ini dapat memicu dan memperburuk berbagai masalah kulit seperti jerawat, kulit kering, dan gangguan kulit lainnya.
"Kulit merupakan garda terdepan tubuh kita yang sangat rentan terhadap kondisi lingkungan dan gaya hidup. Perubahan cuaca yang drastis dapat memicu respons kulit yang tidak diinginkan, bahkan memicu stres yang berdampak pada kesehatan fisik dan emosional secara keseluruhan,” ujar dr. Frieda, Sp.DVE, mitra dokter spesialis Halodoc saat ditemui di Baku, Jakarta beberapa waktu lalu.
Misalnya, lanjut dr Frieda, kulit berjerawat dapat mengalami produksi minyak berlebih dan pori tersumbat, sementara stres akibat suhu memicu hormon kortisol yang memperburuk jerawat hormonal. Begitu pula kulit kering yang bisa semakin parah.
“Oleh karena itu, perawatan kulit tidak cukup hanya dilakukan dari luar, namun juga perlu pendekatan holistik termasuk menjaga hidrasi, nutrisi, dan manajemen stres”, jelas dr Frieda lagi.
Memahami hal ini, Halodoc, La Roche-Posay, dan CeraVe berkomitmen untuk menyediakan solusi perawatan yang tepat dan mudah diakses. Ignasius Hasim, VP Consultation & Diagnostics Halodoc, menyatakan adanya korelasi signifikan antara perubahan cuaca, kesehatan kulit dan kesehatan mental. Data yang dimilikinya menunjukkan peningkatan konsultasi kesehatan kulit sebanyak hampir 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2024.
“Keluhan kesehatan kulit seperti jerawat, dermatitis dan pigmentasi menjadi keluhan terbanyak selama periode tersebut, di mana keluhan ini merefleksikan. Kolaborasi ini bertujuan mempermudah pengguna Halodoc mendapatkan perawatan kulit sehat dan teruji klinis di segala cuaca," ungkapnya.
Perawatan Kulit Tepat di Segala Cuaca
Pada kesempatan yang sama, dr. Frieda menjelaskan bahwa kulit sebagai lapisan terluar tubuh, senantiasa terpapar oleh lingkungan dan oleh karena itu membutuhkan kemampuan beradaptasi.
‘Apabila gaya hidup dan perawatan kulit tidak dilakukan dengan tepat, skin barrier alami dapat mengalami kerusakan. Hal ini dapat dikenali dengan munculnya gejala seperti kulit mudah memerah, iritasi, ruam, alergi kambuh, dan timbulnya breakout. Oleh karena itu, memilih perawatan kulit yang tepat merupakan hal yang krusial dalam menghadapi risiko dampak perubahan cuaca ekstrem yang kerap terjadi belakangan ini,” kata dr Frieda.
Hansen Gandhi, Medical Director L'Oréal Dermatology Beauty menjelaskan, terdapat dua tantangan utama cuaca ekstrem.
"Yaitu paparan sinar matahari yang tidak menentu, serta tingkat polusi yang tinggi. Keduanya dapat memberikan dampak jangka pendek hingga panjang pada kulit," ujarnya.
Menurut studi secara garis besar awareness masyarakat Indonesia terhadap dampak negatif paparan sinar matahari (65-70%) masih berada di bawah rerata Asia dan global (71-88%). Hanya kurang dari 30% masyarakat menggunakan sunscreen lebih dari 1 kali dalam sehari. Paparan sinar UVA UVB berlebihan yang tidak ditangani dengan baik seria tingginya paparan polusi dapat meningkatkan potensi terjadinya sunburn, melasma, jerawat, penuaan, alergi, hingga kanker.