Terkenal karena Cerita Angker, Begini Kondisi Stasiun Manggarai Sekarang
- Instagram/manggarai.station
Lifestyle – Stasiun Manggarai, sebuah nama yang tak asing bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Bagi sebagian orang, stasiun ini identik dengan kesibukan, lalu-lalang ribuan komuter setiap hari, dan hiruk pikuk yang tiada henti. Namun, bagi sebagian lainnya, stasiun yang terletak di Jakarta Selatan ini menyimpan kisah-kisah masa lalu yang kelam, terutama terkait dengan cerita-cerita mistis yang legendaris.
Sejak dahulu, Stasiun Manggarai dikenal angker, dengan berbagai cerita penampakan hantu masinis hingga suara tangisan misterius yang membuat bulu kuduk berdiri.
Kisah-kisah ini tak lepas dari sejarah panjang stasiun yang dibangun pada tahun 1918 oleh perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda, Staatsspoorwegen. Stasiun ini pernah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting, termasuk tragedi kelam yang menyebabkan banyak korban jiwa.
Salah satu cerita yang paling sering terdengar adalah penampakan sosok masinis yang sering kali terlihat di area peron atau gerbong kereta tua yang tak terpakai. Selain itu, ada juga kisah mengenai suara-suara aneh, seperti tangisan atau tawa dari gerbong kosong di malam hari, yang menambah kesan misterius.
Cerita-cerita ini telah menjadi urban legend yang diceritakan turun-temurun, membuat sebagian orang enggan berada di area stasiun saat malam tiba.
Namun, di balik semua kisah angker tersebut, Stasiun Manggarai kini telah menjelma menjadi salah satu stasiun terpenting dan termodern di Indonesia. Perubahan drastis ini adalah bagian dari proyek revitalisasi besar-besaran yang bertujuan untuk menjadikannya sebagai stasiun sentral bagi kereta komuter dan jarak jauh.
Proyek ini bukan hanya mengubah wajah fisik stasiun, tetapi juga fungsinya. Stasiun Manggarai kini menjadi titik temu bagi berbagai layanan kereta api, mulai dari KRL Commuter Line, Kereta Bandara Soekarno-Hatta, hingga Kereta Api Jarak Jauh.
Salah satu perubahan paling mencolok adalah pembangunan stasiun bertingkat (multi-level). Di lantai satu, terdapat peron-peron yang melayani KRL tujuan Jakarta Kota, Kampung Bandan, dan Bogor. Sementara itu, di lantai dua, telah disiapkan peron khusus untuk KRL tujuan Cikarang dan Tanah Abang. Konsep multi-level ini dirancang untuk mengurai kepadatan penumpang dan meningkatkan efisiensi operasional.
Jalur-jalur yang sebelumnya bercampur kini dipisahkan, mengurangi potensi keterlambatan akibat persilangan jalur. Selain itu, area stasiun juga diperluas, dengan fasilitas modern seperti lift, eskalator, toilet bersih, mushola, dan area komersial yang lebih teratur.
Perkembangan Stasiun Manggarai juga mencakup integrasi antarmoda yang lebih baik. Stasiun ini kini terhubung langsung dengan Transjakarta Koridor 4 dan berbagai rute angkutan umum lainnya. Rencana ke depan, Stasiun Manggarai akan menjadi hub transportasi yang lebih komprehensif, menghubungkan KRL, kereta bandara, dan LRT (Light Rail Transit), menjadikannya pusat mobilitas utama di Jakarta.
Proyek ini juga melibatkan penataan kawasan sekitar stasiun, termasuk pembangunan trotoar yang ramah pejalan kaki dan area parkir yang lebih luas.
Transformasi ini tak hanya mengubah Stasiun Manggarai secara fisik, tetapi juga secara "aura." Wajah baru stasiun yang ramai, terang, dan modern perlahan-lahan menggeser cerita-cerita mistis yang melekat.
Kesibukan ribuan penumpang yang hilir mudik, suara pengumuman yang jelas, dan cahaya lampu yang terang benderang seolah-olah mengusir bayang-bayang masa lalu. Stasiun yang dulunya dikenal angker, kini menjadi simbol kemajuan transportasi publik di Ibu Kota.
Meskipun demikian, sisa-sisa sejarah stasiun ini masih dapat ditemukan. Beberapa bagian bangunan lama yang bersejarah tetap dipertahankan, menjadi pengingat akan masa lalu Stasiun Manggarai.
Bagian-bagian ini kini dilestarikan sebagai cagar budaya, memberikan keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian sejarah. Bagi para penikmat sejarah, melihat perpaduan antara bangunan kolonial yang otentik dengan infrastruktur modern adalah pengalaman unik.