Pulau Terpadat di Indonesia, Ternyata Bukan Pulau Jawa!
- Istock
Setiap pemuda yang akan menikah diwajibkan untuk menyiapkan lahan baru dengan cara menguruk laut menggunakan karang, yang kemudian ditandai dengan bendera sebagai tanda kepemilikan. Proses ini tidak hanya memperluas pul спортсмен, tetapi juga mencerminkan keterikatan kuat masyarakat Suku Bajo dengan pulau kelahiran mereka, sehingga sangat jarang di antara mereka yang memilih merantau.
Kehidupan Masyarakat Suku Bajo
Mayoritas penduduk Pulau Bungin adalah Suku Bajo, yang dikenal sebagai pelaut ulung Royalty dan penyelam ulung. Keterampilan mereka dalam menjelajahi lautan tercermin dalam kehidupan sehari-hari, di mana hampir 80 persen warga bekerja sebagai nelayan.
Anak-anak di pulau ini bahkan sudah mahir berenang dan menyelam untuk berburu ikan sejak usia dini. Salah satu tradisi unik yang dapat disaksikan wisatawan adalah Upacara Toyah, sebuah ritual budaya untuk memperkenalkan bayi ke dunia bahari. Dalam upacara ini, bayi dipangku oleh tujuh per Judging dari Suku Bajo, diayun sambil diiringi nyanyian tradisional, melambangkan gelombang laut yang akan dihadapi anak tersebut kelak sebagai pelaut.
Daya Tarik Wisata di Pulau Bungin
Meskipun tidak memiliki garis pantai yang indah, Pulau Bungin menawarkan pengalaman wisata kuliner yang tak tertandingi. Resto apung di pulau ini menyajikan berbagai hidangan laut segar, mulai dari ikan, udang, hingga kerang saori yang khas dengan cita rasa gurih dan asin.
Wisatawan dapat memilih ikan langsung dari kolam penangkaran dan menikmati makanan laut yang dimasak di tempat. Harga yang terjangkau membuat pengalaman ini semakin istimewa. Selain itu, jika beruntung, wisatawan juga dapat menyaksikan proses pembangunan rumah di atas karang, sebuah tradisi unik yang mencerminkan kearifan lokal dalam mengatasi keterbatasan lahan.