10 Hal yang Normal di China Tapi Aneh di Indonesia, Gak Nyangka Beda Banget!

Tembok Besar China
Sumber :
  • Pixabay

LifestyleChina, sebagai salah satu negara dengan peradaban tertua dan kemajuan teknologi yang pesat, memiliki budaya dan kebiasaan yang sangat berbeda dari Indonesia. Bagi wisatawan Indonesia, beberapa hal yang dianggap biasa di China justru terasa aneh atau bahkan mengejutkan. 

Misteri Terracotta Army di China, Penemuan Terbesar Abad ke-20 yang Mengejutkan Dunia

Artikel ini mengulas 10 kebiasaan dan fenomena unik di China yang mungkin membuat wisatawan Indonesia tercengang, sekaligus memberikan wawasan mendalam tentang perbedaan budaya yang menarik untuk dijelajahi, seperti yang dibagikan oleh akun media sosial @melisanovianti.

1. Minum Teh Hangat, Bukan Air Es

Di Indonesia, minum air es saat makan adalah hal biasa, terutama di cuaca panas. Namun, di China, meminta air es di restoran sering kali dianggap aneh. Masyarakat China lebih menyukai minuman hangat seperti teh hijau atau sup hangat untuk menemani makan. 

Misteri Hilangnya Warna Terracotta Army Setelah Ribuan Tahun

Menurut pengobatan tradisional China, minuman hangat membantu menjaga keseimbangan tubuh, sedangkan minuman dingin dianggap dapat mengganggu pencernaan. Jadi, jangan kaget jika pelayan restoran memandang Anda dengan heran saat memesan air es!

2. Meninggalkan Barang di Tempat Umum

Meninggalkan laptop, ponsel, atau tas di kafe atau tempat umum tanpa khawatir dicuri mungkin terdengar mustahil di Indonesia. Namun, di China, ini adalah pemandangan biasa, terutama di kota-kota besar seperti Beijing atau Shanghai. 

Heboh 'Red Uncle' di China Nyamar Jadi Perempuan dan Kencani Ribuan Pria Picu Kekhawatiran Kesehatan Masyarakat

Tingkat kejahatan pencurian di China sangat rendah, berkat sistem keamanan canggih seperti kamera CCTV dan pengawasan ketat. Wisatawan sering takjub melihat barang-barang ditinggalkan begitu saja tanpa pengawasan, sebuah kontras besar dengan kebiasaan di Indonesia.

3. Husband Day Care

Belanja fashion di China adalah surga bagi para istri, tetapi bisa menjadi “neraka” bagi suami yang harus menunggu lama. Untuk mengatasi ini, beberapa mal di China menyediakan fasilitas “husband day care”, yaitu area khusus berupa ruang tunggu nyaman dengan sofa, televisi, atau bahkan permainan untuk para suami. 

Fasilitas ini memungkinkan istri berbelanja tanpa tergesa-gesa, sementara suami bisa bersantai. Konsep ini tentu terasa asing di Indonesia, di mana suami biasanya ikut berbelanja atau menunggu dengan sabar.

4. Kakek-Nenek sebagai Pengasuh Cucu

Di China, kakek dan nenek sering menjadi pengasuh utama cucu mereka, sebuah tradisi yang berbeda dengan Indonesia, di mana pengasuh bayi atau daycare lebih umum. 

Banyak keluarga China memiliki “trust issue” terhadap pengasuh profesional, sehingga kakek-nenek mengambil peran besar dalam merawat cucu, sering disebut sebagai “proyek pensiun”. Hal ini mencerminkan nilai kekeluargaan yang kuat, tetapi mungkin terasa tidak biasa bagi wisatawan Indonesia.

5. Shifu Pinggir Jalan di Tengah Kemajuan Teknologi

Meskipun China dikenal dengan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) dan kota pintar, praktik tradisional seperti peramal jalanan atau shifu masih sering ditemui. Di pinggir jalan kota-kota besar, shifu membuka lapak untuk membaca garis tangan, meramal nasib, atau memprediksi jodoh. Fenomena ini kontras dengan modernitas China dan tentu terasa aneh bagi wisatawan Indonesia yang jarang melihat peramal jalanan di kota besar.

6. Pohon “Raksasa” Tanpa Cerita Mistis

Taman-taman kota di China sering dihiasi pohon-pohon besar yang tampak seperti “raksasa” karena usia dan ukurannya. Menariknya, tidak ada cerita mistis atau berita tentang makhluk gaib yang terkait dengan pohon-pohon ini, berbeda dengan Indonesia, di mana pohon besar sering dikaitkan dengan cerita horor. Pendekatan pragmatis masyarakat China terhadap alam membuat pemandangan ini terasa biasa bagi mereka, tetapi aneh bagi wisatawan Indonesia.

7. Kaidangku: Celana Bolong untuk Anak

Anak-anak kecil di China sering mengenakan kaidangku, celana dengan lubang di bagian pantat, yang memungkinkan mereka buang air kecil atau besar hanya dengan jongkok. Tradisi ini bertujuan menghemat popok dan dianggap praktis, terutama di pedesaan. Bagi orang Indonesia, kaidangku mungkin terlihat aneh karena popok sekali pakai atau celana biasa lebih umum digunakan.

8. Es Krim dengan Bentuk dan Rasa Unik

Es krim di China sering hadir dalam bentuk dan rasa yang tidak biasa, seperti es krim berbentuk karakter kartun atau rasa teh hijau, kacang merah, bahkan durian. Inovasi ini mencerminkan kreativitas kuliner China yang kaya. Bagi wisatawan Indonesia, variasi ini mungkin mengejutkan, terutama jika terbiasa dengan rasa es krim yang lebih konvensional seperti cokelat atau vanila.

9. Murid sebagai “Warrior Akademik”

Sistem pendidikan di China sangat kompetitif, dan murid sering dijuluki “warrior akademik”. Setelah sekolah, banyak anak langsung mengikuti les tambahan seperti matematika, bahasa Inggris, atau bahkan kaligrafi hingga larut malam. Pulang jam 9 malam dan mengerjakan PR hingga tengah malam adalah hal biasa. Intensitas ini kontras dengan kebiasaan di Indonesia, di mana les tambahan ada tetapi tidak seintens di China.

10. Fasilitas Gawat Darurat yang Super Lengkap

Pemerintah China dikenal sangat maju dalam menyediakan fasilitas publik. Di Dashahe Park, misalnya, tersedia area penampungan gawat darurat, toilet darurat, posko kesehatan, hingga tempat penyediaan kebutuhan darurat. Fasilitas ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap kesiapsiagaan bencana, sesuatu yang mungkin masih terasa asing di Indonesia, di mana fasilitas serupa belum sebanyak di China.