Perbedaan Penerbangan Pagi dan Malam, Mana yang Lebih Sering Delay?
- Pixabay
Lifestyle –Memilih waktu penerbangan yang tepat dapat menjadi kunci untuk pengalaman perjalanan yang lancar, terutama jika Anda ingin menghindari keterlambatan atau delay. Penerbangan pagi dan malam memiliki karakteristik berbeda yang memengaruhi ketepatan waktu, kenyamanan, dan biaya.
Berdasarkan data dan laporan terbaru, penerbangan pagi cenderung lebih minim delay dibandingkan penerbangan malam, tetapi ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan.
Karakteristik Penerbangan Pagi
Penerbangan pagi, terutama yang berangkat sebelum pukul 08.00, sering dianggap sebagai waktu terbaik untuk terbang.
Menurut data dari Biro Statistik Transportasi Amerika Serikat yang dikutip oleh FiveThirtyEight, penerbangan antara pukul 06.00-07.00 memiliki rata-rata keterlambatan hanya sekitar 8,6 menit, jauh lebih rendah dibandingkan penerbangan sore atau malam.
Alasan utamanya adalah lalu lintas udara yang masih sepi di pagi hari, karena sebagian besar penerbangan malam sebelumnya telah selesai mendarat. Pesawat yang digunakan untuk penerbangan pagi biasanya telah berada di bandara sejak malam, sehingga minim risiko keterlambatan akibat jadwal penerbangan sebelumnya.
Selain itu, cuaca di pagi hari cenderung lebih stabil. Badai petir, hujan deras, atau angin kencang yang sering menyebabkan delay lebih umum terjadi pada sore hingga malam hari, menurut National Severe Storms Laboratory.
Penerbangan pagi juga sering kali lebih murah, dengan laporan dari FareCompare menyebutkan bahwa tiket penerbangan pagi dapat 15% lebih hemat dibandingkan penerbangan siang atau malam. Kabin pesawat juga cenderung lebih bersih di pagi hari, karena pesawat telah dibersihkan secara menyeluruh setelah penerbangan malam sebelumnya, seperti diungkapkan oleh awak kabin senior Stella Connolly kepada NBC.
Karakteristik Penerbangan Malam
Penerbangan malam, yang biasanya berangkat setelah pukul 18.00, sering menjadi pilihan bagi wisatawan yang ingin memaksimalkan waktu di tempat tujuan atau bepergian setelah jam kerja. Namun, penerbangan malam memiliki risiko delay lebih tinggi.
Menurut laporan dari Travel + Leisure, waktu puncak keterlambatan penerbangan terjadi sekitar pukul 18.00, ketika lalu lintas udara menjadi padat dan keterlambatan dari penerbangan sebelumnya mulai terakumulasi. Pesawat yang digunakan untuk penerbangan malam sering kali bergantung pada kedatangan dari rute sebelumnya, sehingga jika penerbangan sebelumnya tertunda, efeknya berantai ke jadwal malam.
Faktor cuaca juga memengaruhi penerbangan malam, terutama karena badai petir lebih sering terjadi pada sore hingga malam. Selain itu, penerbangan malam sering dipilih oleh wisatawan backpacker karena memungkinkan istirahat di pesawat, meskipun tidur di pesawat mungkin kurang nyenyak.
Namun, penerbangan malam bisa lebih terjangkau untuk beberapa rute, terutama penerbangan jarak pendek, sebagaimana diungkapkan oleh Kayak, mesin pencari perjalanan, kepada Condé Nast Traveller UK.
Faktor Penyebab Delay
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2015, keterlambatan penerbangan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk:
- Cuaca Ekstrem: Hujan lebat, kabut, badai, atau angin kencang sering mengganggu jadwal penerbangan, terutama pada sore hingga malam.
- Masalah Teknis: Kerusakan mesin, sistem navigasi, atau kebutuhan perawatan rutin dapat menyebabkan delay. Pemeriksaan teknis lebih sering dilakukan untuk penerbangan malam karena pesawat telah digunakan seharian.
- Kepadatan Lalu Lintas Udara: Bandara sibuk seperti Soekarno-Hatta atau Ngurah Rai sering mengalami antrean pesawat pada jam sibuk (11.00-16.00), yang berlanjut hingga malam.
- Keterlambatan Kru atau Penumpang: Keterlambatan kru atau penumpang yang terlambat check-in dapat memengaruhi jadwal, lebih sering terjadi pada penerbangan malam karena akumulasi jadwal.
- Faktor Eksternal: Demonstrasi, ancaman keamanan, atau pembatasan ruang udara juga dapat menyebabkan delay, meskipun ini tidak spesifik pada waktu tertentu.
Statistik dan Data Terkini
Data dari Biro Statistik Transportasi Amerika Serikat menunjukkan bahwa penerbangan pagi (06.00-08.00) memiliki tingkat ketepatan waktu (on-time performance/OTP) lebih tinggi dibandingkan penerbangan malam.
Di Indonesia, laporan dari situs mojok.co pada Agustus 2024 menyebutkan bahwa maskapai seperti Lion Air dan Super Air Jet memiliki OTP rendah (di bawah 76%), dengan delay lebih sering terjadi pada penerbangan malam atau rute sibuk seperti Indonesia Timur.
Sementara itu, maskapai seperti Citilink memiliki reputasi lebih baik untuk ketepatan waktu, terutama pada penerbangan pagi. Penerbangan pagi juga cenderung minim turbulensi, karena perubahan suhu dan angin lebih stabil di pagi hari.
Tips Memilih Penerbangan untuk Minim Delay
- Pilih Penerbangan Pagi: Penerbangan sebelum pukul 08.00 memiliki risiko delay lebih rendah dan harga tiket sering lebih murah.
- Gunakan Aplikasi Pelacak Penerbangan: Aplikasi seperti FlightRadar24 atau aplikasi resmi maskapai membantu memantau status penerbangan secara real-time.
- Hindari Penerbangan Transit Malam: Penerbangan transit pada malam hari meningkatkan risiko delay akibat efek berantai dari penerbangan sebelumnya.
- Periksa Reputasi Maskapai: Cari tahu riwayat OTP maskapai melalui situs bandara atau ulasan penumpang sebelum memesan tiket.
- Datang Lebih Awal: Tiba di bandara 1,5 jam (domestik) atau 3 jam (internasional) sebelum keberangkatan untuk mengantisipasi antrean pemeriksaan keamanan.
Kompensasi Delay di Indonesia
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 89 Tahun 2015, penumpang berhak atas kompensasi untuk delay sebagai berikut:
- 30-60 menit: Minuman ringan.
- 61-120 menit: Minuman dan makanan ringan.
- Lebih dari 240 menit: Uang tunai Rp300.000 atau pengalihan ke penerbangan berikutnya.
- Pembatalan penerbangan: Refund tiket penuh atau pengalihan penerbangan.