Rekor! Pria Ini Berhasil Sampai ke Puncak Everest 31 Kali
- Pixabay
Lifestyle –Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia dengan ketinggian 8.848,86 meter, telah lama menjadi simbol keberanian dan ketahanan manusia. Bagi sebagian besar pendaki, mencapai puncaknya sekali saja sudah merupakan pencapaian luar biasa. Namun, seorang pria dari Nepal, Kami Rita Sherpa, telah menorehkan sejarah dengan mencapai puncak Everest sebanyak 31 kali, sebuah rekor dunia yang diakui oleh Guinness World Records.
Prestasi ini tidak hanya menunjukkan kehebatan fisik dan mentalnya, tetapi juga mengukuhkan peran vital komunitas Sherpa dalam mendukung ekspedisi di Himalaya. Kisahnya adalah perpaduan inspiratif antara dedikasi, tradisi keluarga, dan semangat untuk mengharumkan nama Nepal di panggung global.
Kami Rita Sherpa, yang dijuluki "Everest Man," mencapai puncak Everest untuk ke-31 kalinya pada 27 Mei 2025. Pendakian ini dilakukan melalui jalur tradisional Southeast Ridge, saat ia memimpin ekspedisi yang terdiri dari 22 anggota tim tentara India dan didampingi 27 pemandu Sherpa lainnya. Ekspedisi ini diselenggarakan oleh Seven Summit Treks, sebuah perusahaan ekspedisi ternama di Nepal.
Menurut Mingma Sherpa, ketua Seven Summit Treks, Kami Rita mencapai puncak pada pukul 04.00 waktu setempat dalam kondisi cuaca yang cukup stabil. Setelah mencapai puncak, ia turun dengan aman menuju base camp, menunjukkan profesionalisme dan ketahanan yang telah menjadi ciri khasnya selama tiga dekade berkarier.
Kami Rita, yang kini berusia 55 tahun, memulai perjalanan mendakinya pada 1994, saat ia pertama kali mencapai puncak Everest sebagai bagian dari ekspedisi komersial. Sejak itu, ia hampir setiap tahun menaklukkan puncak tertinggi di dunia ini, bahkan beberapa kali melakukan pendakian dua kali dalam satu musim, seperti pada 2023 dan 2024. Dedikasinya terhadap profesi sebagai pemandu gunung telah membuatnya menjadi legenda hidup di kalangan pendaki.
"Kami Rita Sherpa bukan hanya pahlawan pendakian nasional, tetapi juga simbol global dari Everest itu sendiri," ujar Seven Summit Treks dalam pernyataan resminya, menegaskan dampak besar prestasinya terhadap dunia pendakian.
Latar belakang Kami Rita berasal dari komunitas Sherpa di wilayah Solukhumbu, Nepal, yang dikenal sebagai jantung ekspedisi Himalaya. Tradisi mendaki gunung telah mengalir dalam darah keluarganya. Ayahnya adalah salah satu pemandu Sherpa pertama yang memimpin pendaki asing ke Everest pada 1950-an, sementara saudaranya, Lakpa Rita Sherpa, juga seorang pemandu terkenal dengan 17 kali pendakian Everest.
Kami Rita Sherpa
- Pixabay
Karier Kami Rita sendiri dimulai pada 1992 sebagai staf pendukung ekspedisi, sebelum akhirnya menjadi pemandu utama. Selain Everest, ia juga telah mendaki puncak-puncak tertinggi lainnya seperti K2, Lhotse, Manaslu, dan Cho Oyu, menambah daftar prestasinya yang mengesankan.
Pendakian ke-31 ini bukan tanpa tantangan. Kami Rita menyebutkan bahwa kondisi cuaca yang buruk dalam beberapa tahun terakhir telah membuat pendakian semakin sulit. Beberapa hari sebelum keberhasilan pada 27 Mei 2025, ia terpaksa memutar balik karena cuaca buruk, namun ketekunan dan pengalamannya memungkinkan ia untuk kembali mencoba dan berhasil.
Prestasinya ini melampaui rekor sebelumnya yang juga dipegangnya, serta menjauhkan jarak dengan pesaing terdekatnya, Pasang Dawa Sherpa, yang telah mencapai puncak Everest 29 kali. Di antara pendaki non-Sherpa, rekor dipegang oleh Kenton Cool dari Inggris dengan 19 kali pendakian, diikuti oleh pendaki Amerika Dave Hahn dan Garrett Madison, masing-masing dengan 15 kali pendakian.
Peran Sherpa seperti Kami Rita sangat penting dalam keberhasilan ekspedisi Everest. Mereka tidak hanya bertugas sebagai pemandu, tetapi juga mengatur logistik, membawa peralatan, dan memastikan keselamatan pendaki asing dalam perjalanan yang penuh risiko. Nepal, yang merupakan rumah bagi delapan dari 14 puncak tertinggi di dunia, sangat bergantung pada pendakian dan pariwisata sebagai sumber devisa.
Pada musim semi 2025, Departemen Pariwisata Nepal mengeluarkan 468 izin pendakian untuk Everest, menunjukkan popularitas gunung ini meskipun ada kekhawatiran tentang kepadatan dan dampak lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Nepal baru-baru ini memberlakukan aturan yang mewajibkan pendaki membawa kembali limbah mereka ke base camp.
Kami Rita sendiri menegaskan bahwa motivasinya bukan hanya tentang memecahkan rekor. Dalam wawancara sebelumnya, ia menyatakan bahwa ia lebih bahagia karena pendakiannya membantu mempromosikan Nepal di mata dunia. Ia juga aktif membagikan potongan kehidupan di Everest melalui media sosial, termasuk upacara Puja, sebuah ritual Buddha Tibet yang dilakukan sebelum pendakian untuk memohon keselamatan.
Prestasinya telah diakui secara luas, dengan pejabat seperti Himal Gautam dari Kementerian Pariwisata Nepal memuji kontribusinya dalam mengangkat sektor pendakian Nepal ke tingkat global.
Keberhasilan Kami Rita juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh para Sherpa, termasuk risiko tinggi yang mereka hadapi. Menurut Himalayan Database, sekitar 340 orang telah meninggal saat mencoba mendaki Everest, dengan sepertiga di antaranya adalah pekerja Sherpa.
Pada musim 2025, setidaknya empat pendaki, termasuk dua Sherpa, dilaporkan meninggal. Meski demikian, Kami Rita dan saudaranya telah memanfaatkan pengakuan global mereka untuk mendukung komunitas kecil mereka di Thame, Nepal, menunjukkan bahwa prestasi mereka memiliki dampak yang melampaui rekor pribadi.