Alasan Suku Osing Dandan Menyerupai Kebo di Malam Satu Suro
- Indonesia Kaya
Kebo-keboan bukan sekadar atraksi visual, tetapi memiliki makna spiritual yang dalam. Suku Osing percaya bahwa dengan berdandan menyerupai kerbau, mereka dapat menjalin hubungan dengan roh pelindung desa, yang dianggap menjaga keseimbangan alam dan masyarakat.
Tradisi Kebo-Keboan Banyuwangi
- Indonesia Kaya
Ritual ini dilakukan untuk menolak bala, seperti bencana alam atau gagal panen, serta memohon hasil pertanian yang melimpah. Malam Satu Suro dianggap waktu yang tepat karena dipercaya sebagai momen ketika roh leluhur dan makhluk gaib lebih aktif, sehingga doa-doa lebih mudah terkabul.
Selain itu, Kebo-keboan mencerminkan nilai-nilai gotong royong suku Osing. Persiapan ritual melibatkan seluruh warga desa, mulai dari membuat kostum, menyiapkan sesajen, hingga mengatur arak-arakan.
Kostum kerbau, yang terbuat dari anyaman bambu dan daun pisang, dirancang dengan detail untuk menyerupai kerbau sungguhan, lengkap dengan gerakan yang meniru tingkah laku hewan tersebut. Prosesi ini biasanya diiringi musik tradisional seperti gamelan atau gendang, menambah suasana sakral dan meriah.
Pelaksanaan Ritual Kebo-keboan
Ritual Kebo-keboan dimulai dengan persiapan di rumah-rumah warga atau balai desa, di mana peserta berdandan sebagai kebo (kerbau) dengan kostum yang menyerupai hewan tersebut. Beberapa peserta, yang disebut “kebo,” dihias dengan cat tubuh berwarna hitam dan tanduk tiruan, sementara lainnya berperan sebagai petani yang “mengendalikan” kebo. Ritual ini sering diawali dengan doa bersama atau tirakatan untuk memohon restu leluhur dan keselamatan desa.