Alasan Suku Osing Dandan Menyerupai Kebo di Malam Satu Suro
- Indonesia Kaya
Setelah persiapan, arak-arakan dimulai dengan mengelilingi desa, biasanya menuju sawah atau tempat yang dianggap sakral. Di beberapa desa, seperti Alasmalang, prosesi ini diakhiri dengan simulasi “membajak sawah” sebagai simbol harapan akan panen yang melimpah.
Sesajen, seperti nasi, bunga, dan kemenyan, diletakkan di lokasi tertentu untuk menghormati roh penunggu. Suasana mistis terasa kuat karena ritual ini dilakukan pada malam hari, di bawah cahaya obor atau bulan, dengan keyakinan bahwa roh-roh leluhur turut hadir.
Lokasi Pelaksanaan di Banyuwangi
Tradisi Kebo-keboan terutama dilakukan di beberapa desa di Banyuwangi yang menjadi pusat budaya suku Osing. Desa Alasmalang di Kecamatan Singojuruh adalah salah satu lokasi paling terkenal, di mana ritual ini menarik banyak wisatawan.
Desa Aliyan di Kecamatan Rogojampi juga dikenal dengan Kebo-keboan yang meriah, sering diiringi tarian tradisional seperti Gandrung. Desa Banjarsari dan Kemiren juga menggelar ritual serupa, masing-masing dengan kekhasan lokal, seperti variasi kostum atau musik pengiring.
Daya Tarik bagi Wisatawan
Bagi wisatawan, menyaksikan Kebo-keboan pada malam Satu Suro adalah pengalaman budaya yang unik dan mendebarkan. Ritual ini tidak hanya menampilkan visual yang menarik, tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya Osing yang jarang ditemukan di tempat lain.