Survei: Gen Z Ternyata Lebih Suka ke Cafe daripada Perpustakaan
- Pixabay
Lifestyle –Di era digital yang serba cepat, generasi Z (Gen Z), yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dikenal sebagai generasi yang adaptif terhadap teknologi dan tren gaya hidup modern. Namun, sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh YouGov Indonesia pada April 2025 mengungkapkan fakta menarik: Gen Z lebih memilih menghabiskan waktu di cafe dibandingkan perpustakaan.
Fenomena ini mencerminkan pergeseran nilai dan preferensi sosial di kalangan anak muda, di mana cafe tidak hanya menjadi tempat untuk menikmati kopi, tetapi juga ruang untuk bersosialisasi, bekerja, dan mengekspresikan identitas. Artikel ini akan mengulas hasil survei tersebut, alasan di balik preferensi Gen Z, serta implikasinya terhadap tren wisata kuliner dan gaya hidup.
Hasil Survei YouGov Indonesia
Berdasarkan laporan "Indonesia Personal Finance Outlook 2025" oleh YouGov Indonesia, survei yang melibatkan 2.067 responden berusia 18 tahun ke atas menunjukkan bahwa Gen Z cenderung mengalokasikan pengeluaran mereka untuk gaya hidup, termasuk kunjungan ke cafe (21%) dan fesyen (20%).
Menariknya, hanya 8% responden Gen Z yang menyatakan sering mengunjungi perpustakaan sebagai bagian dari aktivitas rutin mereka. Data ini kontras dengan generasi sebelumnya, seperti Milenial dan Gen X, yang lebih memilih mengurangi pengeluaran gaya hidup demi kebutuhan dasar.
Survei ini juga mengungkap bahwa cafe menjadi destinasi favorit Gen Z karena menawarkan pengalaman yang multifungsi. Sebanyak 65% responden Gen Z menyatakan bahwa mereka mengunjungi cafe tidak hanya untuk menikmati makanan atau minuman, tetapi juga untuk bekerja, belajar, atau bertemu teman.
Sementara itu, perpustakaan, meskipun tetap relevan sebagai sumber pengetahuan, dianggap kurang fleksibel dan kurang menarik secara estetika oleh 72% responden Gen Z.
Alasan Gen Z Memilih Cafe
Ada beberapa faktor yang mendorong Gen Z untuk lebih memilih cafe daripada perpustakaan. Pertama, cafe menawarkan suasana yang lebih santai dan estetis. Banyak cafe di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, dirancang dengan dekorasi Instagramable yang menarik perhatian anak muda.
Menurut laporan Cheil Indonesia 2025, Gen Z sangat menghargai autentisitas dan relevansi personal, termasuk dalam memilih tempat yang mencerminkan identitas mereka. Cafe dengan tema unik, seperti konsep vintage, minimalis, atau bahkan bertema alam, menjadi daya tarik tersendiri.
Kedua, cafe menyediakan fasilitas yang mendukung produktivitas. Banyak cafe kini dilengkapi dengan Wi-Fi gratis, colokan listrik, dan ruang kerja bersama (co-working space). Hal ini memungkinkan Gen Z untuk bekerja atau belajar sambil menikmati suasana yang lebih dinamis dibandingkan perpustakaan, yang sering kali memiliki aturan ketat seperti larangan berbicara atau membawa makanan. Seorang responden dalam survei YouGov menyatakan, "Di cafe, saya bisa belajar sambil ngopi dan ngobrol sama temen. Perpustakaan terlalu sepi dan kaku."
Ketiga, aspek sosial memainkan peran besar. Cafe menjadi tempat bagi Gen Z untuk membangun koneksi sosial dan menjalin komunitas. Berbeda dengan perpustakaan yang lebih berfokus pada aktivitas individu, cafe memungkinkan interaksi yang lebih bebas. Acara seperti open mic, workshop, atau diskusi kelompok sering diadakan di cafe, menjadikannya pusat kegiatan sosial yang atraktif bagi Gen Z.
Implikasi terhadap Tren Wisata Kuliner
Preferensi Gen Z terhadap cafe juga memengaruhi perkembangan industri wisata kuliner di Indonesia. Banyak pengusaha cafe kini berlomba-lomba menciptakan pengalaman unik untuk menarik pelanggan muda. Misalnya, beberapa cafe di Bali dan Yogyakarta menggabungkan konsep wisata alam dengan kuliner, seperti menyediakan tempat duduk di tengah sawah atau di tepi pantai. Tren ini tidak hanya meningkatkan daya tarik wisata lokal, tetapi juga mendukung perekonomian daerah.
Selain itu, Gen Z cenderung memilih cafe yang menawarkan menu sehat atau ramah lingkungan, sejalan dengan kesadaran mereka terhadap isu sustainability. Cafe yang menggunakan bahan lokal, menyediakan opsi vegan, atau menerapkan praktik zero waste semakin diminati. Hal ini mendorong pelaku usaha untuk berinovasi dalam menyusun menu dan strategi pemasaran yang sesuai dengan nilai-nilai Gen Z.
Peran Perpustakaan di Era Digital
Meskipun kalah populer dibandingkan cafe, perpustakaan tetap memiliki tempat di hati sebagian Gen Z, terutama mereka yang fokus pada pendidikan atau penelitian. Beberapa perpustakaan modern, seperti Perpustakaan Nasional di Jakarta, kini mulai beradaptasi dengan menyediakan ruang baca yang lebih nyaman, akses digital, dan bahkan kafe kecil di dalamnya. Namun, upaya ini masih dianggap belum cukup untuk menyaingi daya tarik cafe yang lebih fleksibel dan sosial.
Perkembangan di Masa Depan
Ke depan, persaingan antara cafe dan perpustakaan sebagai destinasi favorit Gen Z akan semakin menarik untuk diamati. Cafe kemungkinan akan terus berevolusi sebagai ruang multifungsi yang menggabungkan kuliner, kerja, dan hiburan. Sementara itu, perpustakaan perlu berinovasi untuk tetap relevan, misalnya dengan mengadakan acara komunitas atau menyediakan fasilitas yang lebih santai dan estetis. Kolaborasi antara keduanya, seperti konsep "library cafe" yang mengintegrasikan perpustakaan dengan elemen kafe, bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan Gen Z yang beragam.