Larangan Bicara Sembarangan di Curug Ciparay Tasikmalaya, Benarkah Bisa Sebabkan Kesurupan?

Ilustrasi air terjun
Sumber :
  • Pixabay

Warga lokal sering mengadakan ritual sederhana, seperti membakar kemenyan atau memberikan sesajen, untuk menjaga harmoni dengan alam dan entitas gaib. Larangan ini juga mencerminkan nilai budaya silih asah, silih asih, silih asuh (saling mengasah, menyayangi, dan mendidik), yang mengajarkan pentingnya menjaga lisan dan sikap di tempat-tempat suci.

Penjelasan Ilmiah di Balik Fenomena Kesurupan

Dilarang Sendiri di Bunker Kaliadem, Cerita Mistis dari Relawan Penjaga Gunung

Meskipun cerita mistis menarik, fenomena yang dikaitkan dengan kesurupan di Curug Ciparay dapat dianalisis secara ilmiah. Kesurupan sering dikaitkan dengan kondisi psikologis seperti disosiasi, di mana seseorang kehilangan kendali atas kesadaran akibat stres, ketakutan, atau sugesti kuat. Suasana Curug Ciparay yang sepi, dikelilingi hutan lebat dan suara gemericik air, dapat menciptakan efek psikologis yang memperkuat rasa takut atau cemas, terutama bagi mereka yang sudah mendengar cerita mistis sebelumnya. 

Fenomena pareidolia audio, di mana otak mengartikan suara alam seperti angin atau air sebagai suara manusia, juga bisa memicu persepsi gaib. Selain itu, kelelahan fisik setelah trekking atau kurangnya oksigen di area yang lembap dapat menyebabkan halusinasi ringan, yang sering disalahartikan sebagai kesurupan.

Pengalaman Wisatawan dan Imbauan Lokal

Larangan Tak Tertulis di Jalur Pendakian Merapi, Inilah Mitos yang Masih Dipatuhi

Banyak wisatawan yang mengaku merasakan suasana “berbeda” di Curug Ciparay, terutama saat sore menjelang malam. Seorang pengunjung pada 2024 melaporkan mendengar bisikan pelan saat berfoto di dekat air terjun, meskipun tidak ada orang lain di sekitar. Namun, pengelola wisata dan warga lokal menegaskan bahwa selama pengunjung mematuhi aturan, seperti tidak bicara sembarangan dan menjaga kebersihan, mereka akan aman. 

Tiket masuk Curug Ciparay terjangkau, sekitar Rp10.000 per orang, dengan biaya parkir Rp5.000 untuk motor dan Rp10.000 untuk mobil. Pengunjung disarankan membawa pemandu lokal, terutama jika ingin menjelajahi area yang lebih dalam, untuk menghindari tersesat atau kecelakaan di medan yang licin.

Halaman Selanjutnya
img_title
Kondisi Terkini Desa Tempat Tinggal Mbah Maridjan, Tertimbun Lahar Sejak Letusan Merapi 2010