Larangan Tak Tertulis di Jalur Pendakian Merapi, Inilah Mitos yang Masih Dipatuhi

Ilustrasi jalur pendakian
Sumber :
  • Pixabay

Pendakian Gunung Merapi diatur oleh peraturan resmi dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), seperti larangan mendaki hingga puncak atau memasuki radius 3 kilometer dari kawah. Namun, selain aturan resmi, terdapat larangan tak tertulis yang berakar dari tradisi dan kepercayaan lokal. 

Harga Tiket dan Panduan ke Jakarta Aquarium, Tempat Ngedate Akhir Pekan

Pendaki dilarang berbicara sembarangan, terutama mengucapkan kata-kata kotor atau tidak sopan, karena dianggap dapat mengundang kemarahan roh penunggu gunung. Selain itu, tindakan asusila, seperti perilaku tidak senonoh, sangat dilarang karena Merapi dianggap sebagai tempat suci.

Pendaki juga dilarang mengambil apapun dari gunung, termasuk batu atau tanaman seperti bunga edelweis, kecuali foto, serta tidak boleh meninggalkan apapun kecuali jejak kaki. Membuang sampah sembarangan, melakukan vandalisme seperti mencoret batu, atau merusak tanaman dianggap melanggar etika pendakian dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem serta menyinggung entitas gaib. Larangan lain termasuk membuat jalur baru atau memotong jalur pendakian resmi, karena dapat menyebabkan pendaki tersesat atau menghadapi medan berbahaya.

Mitos Pasar Bubrah: Kerajaan Gaib di Puncak Merapi

Kenalkah dengan Sosok Siti Zainab? Penunggu Stasiun Kaliwedi yang Fenomenal

Salah satu mitos paling terkenal di Merapi adalah keberadaan Pasar Bubrah, sebuah lapangan berpasir luas di jalur pendakian Selo yang dianggap sebagai pusat kerajaan gaib. Masyarakat lokal, terutama dari Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, mempercayai bahwa Pasar Bubrah adalah pasar tak kasat mata tempat makhluk gaib melakukan transaksi. Meski tidak terlihat seperti pasar pada umumnya, beberapa pendaki mengaku mendengar suara ramai atau melihat aktivitas gaib, terutama bagi mereka yang memiliki “kepekaan batin.” 

Setiap 1 Muharram, warga Desa Lencoh menggelar ritual di Pasar Bubrah, membawa sesajen seperti buah-buahan, lauk, dan kepala kerbau untuk memohon keselamatan dari bencana Merapi. Pendaki diimbau menjaga sopan santun di lokasi ini, seperti tidak mengeluh atau berbicara sembarangan, agar tidak mengganggu “penghuni” Pasar Bubrah.

Mitos Mbah Petruk dan Sosok Gaib Lainnya

Halaman Selanjutnya
img_title
Deretan Tempat Wisata Murah Meriah di Jakarta, Segini Harga Tiketnya