Kondisi Terkini Desa Tempat Tinggal Mbah Maridjan, Tertimbun Lahar Sejak Letusan Merapi 2010
- Pixabay
Lifestyle –Desa Kinahrejo, terletak di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pernah menjadi pusat perhatian dunia saat erupsi Gunung Merapi 2010 meluluhlantakkan kawasan ini. Dusun yang menjadi tempat tinggal Mbah Maridjan, juru kunci legendaris Merapi, kini berubah dari permukiman asri menjadi situs bersejarah yang menyimpan kisah pilu dan ketangguhan masyarakat.
Tertimbun lahar dan awan panas, Kinahrejo kini menjelma sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi yang menarik ribuan pengunjung setiap tahun. Artikel ini mengupas kondisi terkini Desa Kinahrejo, sejarah erupsi yang menghancurkannya, dan transformasinya menjadi salah satu destinasi wisata unik di Yogyakarta.
Sejarah Erupsi Merapi 2010: Tragedi yang Mengubah Kinahrejo
Erupsi Gunung Merapi pada Oktober hingga November 2010 merupakan salah satu letusan terbesar dalam sejarah gunung api ini, dengan material vulkanik mencapai 140 juta meter kubik, melampaui erupsi 1872. Letusan dimulai pada 26 Oktober 2010, ditandai dengan tiga dentuman besar pada pukul 18.10, 18.15, dan 18.25 WIB, diikuti awan panas (wedhus gembel) bersuhu hingga 800 derajat Celsius yang meluncur sejauh 15 kilometer dari puncak.
Desa Kinahrejo, yang hanya berjarak 4 kilometer dari puncak Merapi, menjadi salah satu wilayah terparah terdampak. Rumah-rumah, termasuk kediaman Mbah Maridjan, rata dengan tanah, tertimbun abu vulkanik setebal lebih dari 10 sentimeter dan material piroklastik.
Tragedi ini merenggut 386 nyawa, termasuk Mbah Maridjan, yang ditemukan meninggal dalam posisi sujud di rumahnya bersama 16 orang lainnya, termasuk relawan dan jurnalis Vivanews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho., Mbah Maridjan, yang menolak mengungsi meski status Merapi ditingkatkan menjadi Awas pada 25 Oktober 2010, menjadi simbol pengabdian sebagai juru kunci yang setia menjaga Merapi hingga akhir hayatnya. Total, erupsi ini menyebabkan 320.090 warga mengungsi dan merusak 291 rumah, termasuk masjid Al Amin di dekat rumah Mbah Maridjan.
Kondisi Terkini Desa Kinahrejo: Dari Reruntuhan ke Destinasi Wisata
Pasca-erupsi, Kinahrejo tidak lagi dihuni sebagai permukiman karena dinilai tidak aman akibat risiko bencana serupa. Sebagian besar warga direlokasi ke hunian tetap di Dusun Karangkendal dan Gondang, Umbulharjo, sekitar 3 kilometer dari Kinahrejo., Namun, bukannya ditinggalkan, Kinahrejo justru bangkit sebagai desa wisata yang menggabungkan elemen sejarah, edukasi, dan budaya.
Reruntuhan rumah Mbah Maridjan kini menjadi Museum Petilasan Mbah Maridjan, menampilkan benda-benda peninggalan seperti televisi meleleh, peralatan dapur, dan sepeda motor yang rusak akibat awan panas. Pengunjung juga dapat melihat bunker Merapi, yang awalnya dibangun sebagai tempat perlindungan, tetapi terbukti tidak aman karena suhu ekstrem dari wedhus gembel.
Kawasan ini kini dikelola oleh Paguyuban Kinahrejo, dipimpin tokoh lokal seperti Badiman, yang mengatur pendapatan dari wisata untuk kepentingan warga. Aktivitas "Lava Tour Merapi," yang menggunakan jeep atau sepeda motor trail, menjadi daya tarik utama. Wisatawan diajak menelusuri bekas aliran lahar, melihat reruntuhan, dan mendengar kronologi erupsi dari pemandu lokal yang mayoritas adalah warga Kinahrejo. Selain itu, warung-warung kecil menjual suvenir seperti kaus, gantungan kunci, dan tanaman kering, memberikan pemasukan tambahan bagi warga.
Makna Budaya dan Edukasi di Kinahrejo
Kinahrejo tidak hanya menawarkan wisata bencana, tetapi juga wawasan budaya dan edukasi tentang mitigasi bencana. Mbah Maridjan, yang menjabat sebagai juru kunci sejak 1982, dikenal karena perannya dalam upacara Labuhan Merapi, sebuah ritual tahunan untuk menghormati roh-roh gunung dengan sesajen seperti kain, parfum, dan kuda. Kini, putranya, Mbah Asih, melanjutkan tugas tersebut dari Karangkendal, bekerja sama dengan BMKG dan BPPTKG untuk meningkatkan keselamatan warga.
Wisatawan dapat mempelajari tanda-tanda alam dan pola erupsi Merapi melalui pameran foto dan buku-buku yang tersedia di desa wisata ini. Peristiwa 2010 menjadi pelajaran penting tentang pentingnya sistem peringatan dini dan kesiapan evakuasi. Meski Merapi tetap aktif, dengan status Waspada sejak Mei 2018, warga Kinahrejo menunjukkan ketangguhan dengan memanfaatkan bencana sebagai peluang ekonomi dan edukasi.
Daya Tarik Wisata dan Aktivitas di Kinahrejo
Kinahrejo, yang dapat diakses melalui Jalan Kaliurang dengan kendaraan pribadi, menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan. Selain Museum Petilasan Mbah Maridjan, pengunjung dapat mengunjungi makam Mbah Maridjan di Srunen, Glagaharjo, untuk mendoakan sang juru kunci. Lava Tour Merapi, yang beroperasi bahkan saat hujan abu ringan seperti pada 2014, memungkinkan wisatawan menjelajahi Kali Gendol yang dipenuhi material vulkanik., Aktivitas ini tidak hanya memberikan sensasi petualangan, tetapi juga wawasan tentang dampak geologis Merapi yang menyuburkan lahan pertanian di sekitarnya.