Ornamen Tersembunyi di Arsitektur Stasiun Jakarta Kota, Sadar Gak Ada Simbol Ini?

Stasiun Jakarta Kota
Sumber :
  • Instagram/siemenstjhang

Menurut seorang peneliti sejarah yang pernah mempelajari bangunan ini, beberapa ukiran pada dinding keramik stasiun menyerupai simbol-simbol yang sering dikaitkan dengan organisasi masonik pada masa kolonial Belanda. Simbol-simbol ini, seperti jangka dan penggaris atau mata dalam segitiga, kerap dianggap memiliki makna esoteris dan terkait dengan perkumpulan rahasia yang populer di Eropa dan koloninya pada abad ke-18 dan ke-19. Meski demikian, hingga kini belum ada bukti arkeologi atau dokumentasi resmi yang memastikan bahwa simbol-simbol ini memang merupakan lambang masonik atau hanya kebetulan desain.

Makna Astrologis Ornamen Lingkaran Bintang

Upacara Kematian di Tana Toraja Habiskan Miliaran Rupiah, Budaya atau Beban?

Di ruang tunggu utama stasiun, terdapat ornamen berbentuk lingkaran dengan pola bintang yang mencolok. Ornamen ini diyakini oleh beberapa sejarawan memiliki makna astrologis, mungkin terkait dengan orientasi bangunan terhadap mata angin. Dalam tradisi arsitektur kuno, pola bintang sering digunakan untuk merepresentasikan konstelasi atau simbol kosmologis yang mengacu pada hubungan antara bangunan dan alam semesta. 

Posisi Stasiun Jakarta Kota yang strategis di kawasan Kota Tua, dekat dengan pelabuhan dan jalur perdagangan, memungkinkan adanya spekulasi bahwa ornamen ini sengaja dirancang untuk menyelaraskan bangunan dengan arah geografis atau bahkan simbolisme spiritual tertentu. Namun, seperti halnya dugaan simbol masonik, PT Kereta Api Indonesia (KAI) belum memberikan penjelasan resmi mengenai makna ornamen ini, meninggalkan ruang untuk interpretasi dan misteri.

Status Cagar Budaya dan Keunikan Arsitektur

5 Kota di Indonesia yang Paling Terkenal dengan Ilmu Hitam, Gak Nyangka Ada di Jawa!

Keberadaan ornamen-ornamen ini menambah dimensi baru pada Stasiun Jakarta Kota sebagai cagar budaya. Ditunjuk sebagai bangunan cagar budaya melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993 dan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.13/PW.007/MKP/05 tahun 2005, stasiun ini tidak hanya berfungsi sebagai simpul transportasi, tetapi juga sebagai kapsul waktu yang menyimpan jejak sejarah kolonial. 

Desainnya yang memadukan elemen Art Deco dengan sentuhan lokal, seperti jendela lengkung geometris dan atap kubah barel, mencerminkan kemajuan teknologi dan estetika pada masanya. Bangunan dua lantai ini dikelilingi jalan di tiga sisi, dengan pintu masuk utama di sisi barat dan dua pintu samping di utara dan selatan. Lobi utama dengan atap kubah barel yang tinggi menjadi pusat perhatian, dihiasi dengan jendela-jendela ikonik bergaya Art Deco.

Halaman Selanjutnya
img_title
Kudus Disebut Banyak Dihuni Orang Sakti, Ternyata Tokoh-Tokoh Ini yang Mempengaruhinya