Kudus Disebut Banyak Dihuni Orang Sakti, Ternyata Tokoh-Tokoh Ini yang Mempengaruhinya

Menara Kudus
Sumber :
  • Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus

LifestyleKudus, sebuah kota kecil di Jawa Tengah, menyimpan pesona yang tak hanya terletak pada kekayaan budaya dan sejarahnya, tetapi juga pada aura mistis yang melekat erat dalam persepsi masyarakat. Dikenal sebagai kota yang banyak dihuni oleh orang-orang sakti, Kudus memiliki warisan spiritual yang kuat, dipengaruhi oleh tokoh-tokoh legendaris seperti Sunan Kudus, Sunan Muria, dan sejumlah figur berpengaruh lainnya. 

7 Rekomendasi Tempat Wisata di Tana Toraja yang Sedang Naik Daun

Kota ini, yang namanya berasal dari kata Arab "Al-Quds" yang berarti suci, menawarkan pengalaman wisata religi dan budaya yang mendalam, menarik minat wisatawan untuk menjelajahi jejak para tokoh sakti yang telah membentuk identitas spiritual Kudus. Artikel ini mengungkap peran tokoh-tokoh tersebut dan daya tarik wisata yang terkait dengan warisan mereka.

Sunan Kudus: Pendiri dan Penyebar Islam yang Toleran

Sunan Kudus, atau Ja’far Shadiq, adalah salah satu dari sembilan wali songo yang memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa pada abad ke-16. Beliau mendirikan Masjid Menara Kudus, sebuah landmark bersejarah yang menggabungkan unsur arsitektur Hindu, Budha, dan Islam, mencerminkan pendekatan toleran terhadap budaya lokal. 

7 Tahun Pertama, 7 Kunci Parenting Islami untuk Membentuk Anak Saleh

Menara Kudus, dengan batu bata merahnya yang khas, menjadi simbol integrasi budaya dan spiritualitas. Sunan Kudus dikenal sebagai tokoh sakti karena kebijaksanaannya, termasuk larangan menyembelih sapi saat kurban untuk menghormati sensitivitas umat Hindu, sebuah tradisi yang masih bertahan hingga kini dalam bentuk kuliner soto kerbau.

Makam Sunan Kudus, yang terletak di kompleks Masjid Menara Kudus, menjadi destinasi ziarah utama. Ribuan peziarah mengunjungi situs ini, terutama saat peringatan haul Sunan Kudus pada 10 Muharram, yang dikenal sebagai hari ‘Ashura. Acara ini menampilkan ritual penggantian kain penutup makam, menarik wisatawan religi yang ingin merasakan aura spiritual dan sejarah Kudus.

Sunan Muria: Guru Spiritual dari Pegunungan

Fakta Patung Tau Tau Penjaga Makam Suku Toraja, Ternyata Bukan Buat Voodoo

Sunan Muria, atau Raden Umar Said, adalah wali songo lain yang pengaruhnya terasa kuat di Kudus. Berbasis di Gunung Muria, sekitar 18 km dari pusat kota, beliau dikenal sebagai tokoh yang menyebarkan Islam melalui pendekatan sederhana, seperti seni dan budaya. 

Makam Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe, menjadi situs ziarah yang populer, terutama bagi mereka yang mencari ketenangan spiritual. Kompleks makam ini, yang terletak di ketinggian 600 mdpl, menawarkan pemandangan alam yang indah, menjadikannya destinasi wisata religi dan alam yang menarik.

Sunan Muria juga dikenal karena ajarannya yang inklusif, menarik perhatian masyarakat dari berbagai latar belakang. Aura mistisnya diperkuat oleh cerita-cerita rakyat tentang kemampuan spiritualnya, seperti kemampuan menyembuhkan dan memahami alam gaib. Wisatawan dapat menjelajahi masjid kuno di kompleks makam dan menikmati trekking ringan menuju lokasi, yang menambah daya tarik wisata petualangan.

The Ling Sing: Tokoh Tionghoa yang Berpengaruh

Selain wali songo, Kudus juga dipengaruhi oleh tokoh seperti The Ling Sing, seorang sesepuh Tionghoa yang diyakini sebagai guru Sunan Kudus. Makamnya di Desa Glantengan menjadi situs ziarah yang menarik perhatian wisatawan, terutama karena perpaduan budaya Tionghoa dan Islam dalam tradisi lokal. 

The Ling Sing dikenal sebagai tokoh yang membawa nilai-nilai harmoni antar budaya, memperkuat reputasi Kudus sebagai kota yang kaya akan toleransi. Koleksi artefak di Museum Jenang Kudus, yang juga terletak di Glantengan, menampilkan peninggalan sejarah yang terkait dengan tokoh ini, termasuk benda-benda purbakala yang menambah nuansa mistis.

Kyai Setan Kober: Legenda Mistis dan Keris Sakti

Salah satu cerita mistis yang melegenda di Kudus adalah tentang Kyai Setan Kober, sebuah keris sakti yang konon diciptakan oleh Mpu Supo Mandrangi pada era Majapahit dan kemudian dimiliki oleh Sunan Kudus sebelum diteruskan ke Arya Penangsang. 

Keris ini diyakini memiliki kekuatan supernatural dan sering dikaitkan dengan kisah-kisah gaib yang menambah aura mistis Kudus. Meskipun keberadaan keris ini hingga kini masih misterius, legenda tentangnya terus hidup dalam tradisi lisan masyarakat, menarik minat wisatawan yang tertarik pada cerita-cerita mistis Jawa.

Daya Tarik Wisata Religi dan Budaya

Kudus menawarkan berbagai destinasi wisata yang terkait dengan tokoh-tokoh sakti ini. Masjid Menara Kudus, dengan menara bergaya Hindu-Buddha dan batu pertama yang konon berasal dari Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, adalah situs wajib kunjung. Tiket masuk gratis, tetapi donasi untuk pemeliharaan sangat dianjurkan. Wisatawan dapat menjelajahi arsitektur unik masjid dan merasakan suasana spiritual yang kental.

Kompleks Makam Sunan Kudus dan Sunan Muria juga menjadi pusat ziarah yang ramai, terutama saat acara haul atau festival budaya seperti Dandangan, sebuah tradisi menyambut Ramadan yang diadakan di sekitar Masjid Menara Kudus. 

Festival ini menampilkan pasar tradisional, kirab budaya, dan doa bersama, menarik ribuan pengunjung setiap tahun. Selain itu, Museum Jenang Kudus menyediakan wawasan tentang sejarah lokal, termasuk peninggalan tokoh-tokoh berpengaruh seperti The Ling Sing.

Pengaruh Budaya Lokal dalam Mencegah Radikalisme

Warisan tokoh-tokoh sakti di Kudus juga berkontribusi pada budaya lokal yang menekankan toleransi dan harmoni. Penelitian menunjukkan bahwa pendekatan budaya Kudus, yang dipengaruhi oleh ajaran Sunan Kudus tentang toleransi, membantu mencegah radikalisme dengan mempromosikan nilai-nilai kebersamaan dan penghormatan terhadap perbedaan. Tradisi seperti larangan menyembelih sapi dan perpaduan budaya Islam, Jawa, dan Tionghoa mencerminkan identitas lokal yang inklusif, menjadikan Kudus model harmoni budaya.

Pengalaman Wisata yang Tak Terlupakan

Bagi wisatawan, Kudus menawarkan pengalaman yang kaya akan sejarah, spiritualitas, dan budaya. Selain situs religi, wisatawan dapat menikmati kuliner khas seperti soto kerbau, jenang Kudus, dan lentog tanjung. Pasar tradisional di sekitar Masjid Menara Kudus juga menawarkan suvenir seperti kain batik Kudus dan kerajinan lokal. Akses ke Kudus mudah dijangkau, berjarak sekitar 50 km dari Semarang, dengan opsi transportasi seperti bus, kereta api, atau kendaraan pribadi.