Kenapa Kematian Lebih Dirayakan daripada Kelahiran di Tana Toraja?

Pemakaman di Tana Toraja
Sumber :
  • Wonderful Indonesia

LifestyleTana Toraja, sebuah wilayah pegunungan di Sulawesi Selatan, menawarkan pesona wisata budaya yang tak tertandingi, terutama melalui tradisi uniknya dalam memandang kematian. Berbeda dari kebanyakan budaya di dunia, masyarakat Toraja merayakan kematian dengan upacara megah yang dikenal sebagai Rambu Solo, sementara perayaan kelahiran cenderung sederhana. 

Tak Hanya Raja Ampat, 10 Destinasi Dunia Ini Juga Dijuluki ‘Surga Terakhir di Bumi’

Fenomena ini tidak hanya mencerminkan nilai filosofis yang mendalam, tetapi juga menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin memahami kekayaan budaya Indonesia. Artikel ini mengupas latar belakang budaya Toraja, makna Rambu Solo, serta alasan mengapa kematian dianggap lebih sakral dibandingkan kelahiran.

Latar Belakang Budaya Toraja

Suku Toraja, yang mendiami wilayah Tana Toraja, memiliki sistem kepercayaan leluhur yang disebut Aluk To Dolo. Kepercayaan ini mengajarkan bahwa kehidupan duniawi hanyalah tahap sementara sebelum memasuki alam roh yang abadi, dikenal sebagai Puya

‘Santorini’ Indonesia Ini Viral, Suasananya Mirip Banget dengan Yunani!

Dalam pandangan Toraja, kematian bukanlah akhir, melainkan perjalanan menuju kehidupan yang lebih mulia. Sebaliknya, kelahiran dianggap sebagai awal kehidupan duniawi yang penuh tantangan, sehingga tidak dirayakan secara besar-besaran. Filosofi ini menjadi landasan utama mengapa upacara kematian memiliki peran sentral dalam budaya Toraja.

Upacara Rambu Solo: Perayaan Kematian yang Megah

Rambu Solo adalah upacara pemakaman adat yang diadakan untuk menghormati almarhum dan memastikan arwah mereka sampai ke Puya dengan selamat. Upacara ini bisa berlangsung selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, tergantung pada status sosial almarhum. 

Halaman Selanjutnya
img_title
Destinasi Wisata yang Paling Dicari di 2025, Sudah Datang Belum?