Kudus Disebut Banyak Dihuni Orang Sakti, Ternyata Tokoh-Tokoh Ini yang Mempengaruhinya

Menara Kudus
Sumber :
  • Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus

Sunan Muria, atau Raden Umar Said, adalah wali songo lain yang pengaruhnya terasa kuat di Kudus. Berbasis di Gunung Muria, sekitar 18 km dari pusat kota, beliau dikenal sebagai tokoh yang menyebarkan Islam melalui pendekatan sederhana, seperti seni dan budaya. 

Bukan Horor, Ini Makna Sebenarnya di Balik Mayat Berjalan di Tana Toraja

Makam Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe, menjadi situs ziarah yang populer, terutama bagi mereka yang mencari ketenangan spiritual. Kompleks makam ini, yang terletak di ketinggian 600 mdpl, menawarkan pemandangan alam yang indah, menjadikannya destinasi wisata religi dan alam yang menarik.

Sunan Muria juga dikenal karena ajarannya yang inklusif, menarik perhatian masyarakat dari berbagai latar belakang. Aura mistisnya diperkuat oleh cerita-cerita rakyat tentang kemampuan spiritualnya, seperti kemampuan menyembuhkan dan memahami alam gaib. Wisatawan dapat menjelajahi masjid kuno di kompleks makam dan menikmati trekking ringan menuju lokasi, yang menambah daya tarik wisata petualangan.

The Ling Sing: Tokoh Tionghoa yang Berpengaruh

Parenting Toksik dalam Balutan Agama, Waspadai Kesalahan Pola Asuh yang Mengklaim Islami

Selain wali songo, Kudus juga dipengaruhi oleh tokoh seperti The Ling Sing, seorang sesepuh Tionghoa yang diyakini sebagai guru Sunan Kudus. Makamnya di Desa Glantengan menjadi situs ziarah yang menarik perhatian wisatawan, terutama karena perpaduan budaya Tionghoa dan Islam dalam tradisi lokal. 

The Ling Sing dikenal sebagai tokoh yang membawa nilai-nilai harmoni antar budaya, memperkuat reputasi Kudus sebagai kota yang kaya akan toleransi. Koleksi artefak di Museum Jenang Kudus, yang juga terletak di Glantengan, menampilkan peninggalan sejarah yang terkait dengan tokoh ini, termasuk benda-benda purbakala yang menambah nuansa mistis.

Kyai Setan Kober: Legenda Mistis dan Keris Sakti

Halaman Selanjutnya
img_title
Kenapa Kematian Lebih Dirayakan daripada Kelahiran di Tana Toraja?