Air di Telaga Nila Majalengka Ini Sejernih Cermin, Tapi Punya 2 Larangan yang Harus Dipatuhi!
- Instagram/gustiana_motret
Larangan kedua adalah pengunjung tidak boleh berkata kasar, berbicara sembarangan, atau melakukan tindakan tidak senonoh di sekitar telaga. Tempat ini dianggap sebagai area sakral yang membutuhkan sikap hormat. Kepercayaan lokal menyebutkan bahwa kata-kata negatif bisa “mengusik” energi spiritual yang ada di tempat tersebut, memicu gangguan halus atau bahkan kecelakaan kecil selama perjalanan pulang.
Larangan ini memiliki nilai filosofis yang mendalam. Selain menjaga kesopanan, aturan ini secara tidak langsung mengajarkan pentingnya kesadaran dan etika dalam wisata alam—menghormati alam, masyarakat lokal, dan spiritualitas tempat yang dikunjungi.
Warisan Budaya dan Penjaga Telaga
Telaga Nila tidak dikelola secara komersial oleh pemerintah atau pihak swasta, tetapi dijaga oleh masyarakat setempat yang masih memegang nilai adat kuat. Ada tokoh adat atau sesepuh desa yang dipercaya sebagai penjaga telaga. Mereka berperan sebagai perantara antara alam dan manusia, sekaligus menjadi pelestari tradisi dan mitos yang hidup di kawasan ini.
Pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat Kliwon atau tanggal-tanggal yang dianggap keramat dalam kalender Jawa, masyarakat biasanya menghindari kunjungan ke telaga. Sebaliknya, mereka mengadakan doa atau upacara kecil untuk menjaga harmoni antara manusia dan alam.
Aktivitas Wisata Ramah Alam
Meskipun memiliki sejumlah batasan, Telaga Nila tetap menjadi destinasi wisata yang ideal bagi pengunjung yang menghargai ketenangan, keindahan alam, dan budaya lokal. Aktivitas yang disarankan antara lain fotografi, piknik ringan, meditasi, dan menikmati keindahan telaga dari kejauhan. Kawasan ini sangat cocok untuk wisatawan yang menghindari keramaian dan mencari pengalaman spiritual atau healing secara alami.