Cara Bagi Peran Ayah dan Ibu di Rumah Tangga Gen Z, Bikin Harmonis atau Sebabkan Masalah?
- Pixabay
Bagi Gen Z, membangun keluarga adalah proyek bersama, bukan sekadar kewajiban individual. Mereka menekankan pentingnya komunikasi, transparansi, dan saling memahami kapasitas satu sama lain. Tidak heran jika banyak pasangan Gen Z yang menyusun kesepakatan pembagian tugas secara eksplisit sejak awal pernikahan.
Dalam praktiknya, hal ini terlihat dalam rutinitas sehari-hari. Ayah tak lagi segan untuk mengganti popok, memasak, atau menjemput anak sekolah. Sementara ibu pun tetap menjalankan karier profesional sambil menjalankan peran pengasuhan. Peran menjadi lebih cair, menyesuaikan dinamika pekerjaan dan kondisi rumah tangga.
Dampak Positif Pembagian Peran yang Seimbang
Dalam konteks parenting, pembagian peran yang adil dapat memberikan dampak yang sangat signifikan. Pertama, hubungan antara suami dan istri menjadi lebih harmonis karena tidak ada satu pihak yang terbebani secara tidak proporsional. Kedua, anak akan tumbuh dengan melihat contoh hubungan yang setara dan saling mendukung.
Keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan emosi dan psikologis anak. Anak merasa lebih dekat dengan kedua orang tua, serta tumbuh dalam lingkungan yang penuh dukungan emosional dari kedua belah pihak.
Selain itu, pembagian peran ini juga dapat mencegah kelelahan emosional atau burnout, terutama bagi ibu yang dalam pola lama sering memikul beban ganda tanpa bantuan. Dengan berbagi tanggung jawab, keseimbangan antara kehidupan pribadi, keluarga, dan pekerjaan menjadi lebih mudah dicapai.