Penyebab Anak Tantrum dan Tips Jitu Mengatasinya

Ilustrasi anak menangis
Sumber :
  • Freepik

LifestyleTantrum pada anak, yang sering ditandai dengan tangisan keras, teriakan, atau perilaku agresif seperti memukul dan menendang, adalah fase perkembangan yang umum dialami anak usia dini, terutama pada rentang usia 1–4 tahun. Fenomena ini sering membuat orang tua merasa kewalahan, namun tantrum sebenarnya merupakan ekspresi alami dari ketidakmampuan anak mengelola emosi atau keinginan mereka. 

Tips Sehat Menaikkan Berat Badan Anak yang Picky Eater

Memahami akar penyebab tantrum dan strategi pengelolaannya dapat membantu orang tua menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional anak. Artikel parenting ini akan mengulas secara mendalam penyebab tantrum berdasarkan perspektif psikologi anak serta tips praktis yang didukung penelitian untuk mengatasinya secara efektif.

Penyebab Anak Tantrum

Tantrum pada anak sering kali dipicu oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan perkembangan emosional dan lingkungan. Menurut American Academy of Pediatrics, tantrum umumnya terjadi karena anak belum mampu mengungkapkan kebutuhan atau emosi mereka secara verbal. Pada usia balita, area otak yang mengatur pengendalian diri, yaitu korteks prefrontal, masih dalam tahap perkembangan, sehingga anak mudah kewalahan oleh emosi seperti frustrasi, kemarahan, atau kekecewaan.

Resep Makanan Lezat untuk Menaikkan Berat Badan Anak dengan Cepat

Faktor lingkungan juga memainkan peran besar. Anak mungkin mengalami tantrum karena lapar, lelah, atau kurang tidur, yang mengganggu kemampuan mereka mengelola emosi. Selain itu, perubahan rutinitas, seperti pindah rumah atau kedatangan adik baru, dapat memicu rasa tidak aman yang menyebabkan tantrum. 

Stimulasi berlebihan, seperti terlalu banyak aktivitas atau paparan layar, juga dapat membuat anak kehilangan kendali emosional. Selain itu, keinginan untuk mandiri sering kali bertentangan dengan keterbatasan kemampuan merekaunionals, mendorong anak untuk bertindak agresif sebagai bentuk ekspresi.

Mengelola Emosi Anak saat Tantrum

Strategi Jitu Menaikkan Berat Badan Anak yang Susah Makan

Saat anak mengalami tantrum, penting untuk tetap tenang agar situasi tidak memburuk. Penelitian dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry menunjuk prounkan bahwa respons orang tua yang tenang dan empati dapat membantu anak belajar mengelola emosi mereka. Pertama, berikan anak ruang untuk menenangkan diri. Jangan langsung menegur atau memaksa anak berhenti menangis, karena hal ini dapat meningkatkan ketegangan emosional. Sebaliknya, turunkan diri ke level anak (misalnya dengan berlutut) dan gunakan nada suara yang lembut untuk menunjukkan bahwa Anda memahami perasaan mereka.

Validasi emosi anak adalah langkah penting. Misalnya, katakan, “Mama tahu kamu kesal karena tidak boleh bermain sekarang,” untuk menunjukkan empati tanpa langsung memberikan apa yang diinginkan anak. Setelah anak tenang, ajak mereka berbicara tentang apa yang memicu tantrum, sehingga mereka belajar mengenali dan mengungkapkan emosi mereka secara verbal.

Menerapkan Batasan yang Konsisten

Batasan yang jelas dan konsisten membantu anak merasa aman dan memahami ekspektasi perilaku. Menurut Dr. Harvey Karp, pakar parenting, anak membutuhkan struktur untuk mengembangkan pengendalian diri. Tetapkan aturan sederhana, seperti “Kita makan dulu sebelum bermain,” dan pastikan aturan tersebut ditegakkan secara konsisten. 

Jika anak mengalami tantrum karena menolak aturan, hindari menyerah pada tuntutan mereka, karena ini dapat memperkuat perilaku tantrum. Sebaliknya, tawarkan pilihan terbatas, seperti “Kamu mau makan wortel atau brokoli dulu?” untuk memberikan rasa kendali tanpa mengabaikan aturan.

Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan yang stabil dan mendukung dapat mengurangi frekuensi tantrum. Pastikan anak mendapatkan cukup tidur, karena kelelahan adalah pemicu utama tantrum. Menurut National Sleep Foundation, anak usia 1–2 tahun membutuhkan 11–14 jam tidur per hari, sementara anak usia 3–5 tahun membutuhkan 10–13 jam. Jaga jadwal tidur yang konsisten untuk mencegah kelelahan.

Selain itu, pastikan anak mendapatkan asupan gizi yang seimbang. Lapar dapat memicu tantrum, terutama pada anak yang memiliki kadar gula darah rendah. Sediakan camilan sehat seperti buah atau yogurt setiap 2–3 jam untuk menjaga energi anak tetap stabil. Hindari paparan layar berlebihan, karena penelitian dalam Pediatrics Journal menunjukkan bahwa terlalu banyak waktu layar dapat meningkatkan iritabilitas pada anak.

Mengajarkan Keterampilan Emosional

Mengajarkan anak keterampilan pengelolaan emosi dapat mengurangi intensitas tantrum seiring waktu. Gunakan teknik sederhana seperti latihan pernapasan dalam (misalnya, “Tiup lilin, hembus balon”) untuk membantu anak menenangkan diri saat emosi memuncak. Ceritakan situasi emosional dengan bahasa sederhana, seperti “Kamu marah karena mainanmu diambil,” untuk membantu anak mengenali perasaan mereka.

Orang tua juga dapat menjadi teladan dengan menunjukkan cara mengelola emosi. Misalnya, katakan, “Mama sedang kesal, jadi Mama akan tarik napas dalam dulu,” untuk menunjukkan bahwa emosi dapat dikelola dengan cara yang sehat. Dengan latihan rutin, anak akan belajar menenangkan diri sebelum tantrum memburuk.

Mencari Bantuan Profesional jika Diperlukan

Jika tantrum berlangsung sangat intens atau berulang di luar usia balita (setelah usia 5 tahun), pertimbangkan konsultasi dengan psikolog anak atau terapis perilaku. Beberapa anak mungkin mengalami kesulitan sensorik atau gangguan perkembangan, seperti gangguan spektrum autisme, yang memengaruhi pengelolaan emosi. Terapis dapat membantu mengembangkan strategi khusus, seperti terapi perilaku kognitif, untuk mendukung anak dan keluarga dalam mengelola tantrum secara efektif.