Parenting Toksik dalam Balutan Agama, Waspadai Kesalahan Pola Asuh yang Mengklaim Islami
- Freepik
Dampak pola asuh toksik sangat merugikan, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, anak dapat mengalami rasa takut berlebihan, rendah diri, atau kebingungan identitas karena merasa tidak pernah cukup baik di mata orang tua.
Dalam jangka panjang, anak berisiko mengalami trauma psikologis, gangguan kecemasan, atau bahkan memutuskan hubungan dengan agama karena menganggapnya sebagai sumber tekanan.
Sebuah studi dalam jurnal Developmental Psychology (2020) menunjukkan bahwa pola asuh otoriter, termasuk yang menggunakan agama sebagai pembenaran, dapat meningkatkan risiko depresi dan perilaku antisosial pada anak.
Sebagai contoh, seorang anak yang terus-menerus dihukum karena tidak memenuhi ekspektasi agama orang tua mungkin merasa bahwa dirinya tidak berharga. Hal ini dapat menghambat perkembangan harga diri dan kemampuan bersosialisasi yang sehat.
Nilai Islami Sejati dalam Parenting
Ajaran Islam sejatinya menekankan kasih sayang dan kelembutan dalam mendidik anak. Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang penuh kasih terhadap anak-anak, seperti ketika beliau menggendong cucunya, Hasan dan Husain, sambil berkhutbah.
Dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi." Prinsip ini menegaskan bahwa pendidikan anak harus berlandaskan rahmah, bukan ketakutan.