Kenapa Kelas Menengah Sering Terjebak di Middle Income Trap? Ini Penjelasan dan Cara Menghindarinya

Ilustrasi mengatur keuangan
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Ketika seseorang berhasil keluar dari kelompok berpenghasilan rendah dan masuk ke kelas menengah, sering kali muncul harapan bahwa peningkatan taraf hidup akan terus terjadi. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. 

5 Nasihat Keuangan Robert Kiyosaki untuk Gen Z, Agar Tak Menyesal di Usia Senja

 

Banyak individu maupun keluarga dari kelas menengah yang justru merasa “mandek” secara ekonomi, penghasilannya stagnan, biaya hidup meningkat, dan peluang untuk naik ke kelas atas terasa semakin jauh.

Gen Z Wajib Nyimak! Ini 7 Skill Paling Dicari Perusahaan, Punya IPK Tinggi Gak Cukup!

 

Fenomena ini dikenal sebagai middle income trap atau jebakan kelas menengah. Istilah ini merujuk pada kondisi ketika seseorang atau sekelompok masyarakat berada di tengah-tengah piramida ekonomi, tetapi tidak mampu lagi meningkatkan pendapatan secara signifikan. 

7 Sifat Gen Z yang Diidolakan Perusahaan dan Bikin Karier Melejit, Milenial dan Gen X Jangan Mau Kalah!

 

Akibatnya, mereka terjebak dalam tekanan finansial yang terus-menerus meski terlihat mapan secara kasat mata. Apa sebenarnya penyebabnya, dan bagaimana cara menghindari jebakan ini? Simak penjelasannya berikut ini.

 

1. Gaya Hidup Meningkat Seiring Penghasilan

 

Salah satu penyebab utama jebakan keuangan ini adalah peningkatan gaya hidup yang tidak seimbang dengan peningkatan penghasilan. Ketika gaji naik, sering kali pengeluaran pun ikut naik, bahkan melebihi kemampuan riil. Gaya hidup konsumtif ini membuat kelas menengah sulit menyisihkan uang untuk tabungan atau investasi, sehingga tidak ada pertumbuhan kekayaan yang nyata.

 

2. Kurangnya Literasi Keuangan

 

Kelas menengah sering kali belum memiliki pemahaman yang cukup tentang pengelolaan keuangan pribadi. Banyak yang belum terbiasa membuat anggaran, mencatat pengeluaran, atau memiliki tujuan keuangan jangka panjang. Akibatnya, uang yang diperoleh hanya habis untuk kebutuhan jangka pendek tanpa ada strategi untuk membangun aset atau sumber penghasilan pasif.

 

3. Bergantung pada Satu Sumber Penghasilan

 

Banyak orang di kelas menengah hanya bergantung pada gaji tetap bulanan. Ketergantungan ini membuat mereka rentan terhadap perubahan ekonomi, seperti pemutusan hubungan kerja atau krisis finansial. Tanpa penghasilan tambahan dari investasi, bisnis sampingan, atau portofolio keuangan lainnya, stabilitas ekonomi keluarga menjadi sangat rapuh.

 

4. Kurang Memprioritaskan Investasi

 

Alih-alih mengalokasikan dana untuk investasi yang bisa menghasilkan nilai tambah di masa depan, sebagian besar kelas menengah memilih menabung dalam bentuk uang tunai atau deposito yang pertumbuhannya sangat terbatas.

Mereka juga cenderung menghindari risiko, padahal investasi yang cerdas—meskipun memiliki risiko—dapat memberikan keuntungan lebih besar dalam jangka panjang.

 

5. Terjerat Utang Konsumtif

 

Pinjaman tanpa perencanaan seperti cicilan kartu kredit, paylater, hingga kredit kendaraan yang tidak produktif kerap membebani keuangan kelas menengah. Utang jenis ini tidak menambah aset, melainkan justru menggerus pendapatan bulanan. Bila tidak dikontrol, utang konsumtif dapat menjadi beban jangka panjang yang membuat seseorang sulit keluar dari middle income trap.

 

6. Tidak Memiliki Dana Darurat dan Perlindungan Asuransi

 

Ketika terjadi situasi darurat seperti sakit atau kehilangan pekerjaan, sebagian besar kelas menengah tidak memiliki dana darurat yang memadai. Hal ini memaksa mereka mengambil utang atau menjual aset. Kurangnya perlindungan asuransi jiwa dan kesehatan juga memperparah dampak keuangan dari kejadian tak terduga.

 

7. Tidak Punya Tujuan dan Rencana Keuangan Jangka Panjang

 

Kelas menengah sering kali tidak memiliki visi jangka panjang dalam mengelola keuangan. Tanpa tujuan yang jelas seperti dana pensiun, dana pendidikan anak, atau target bebas utang, keuangan berjalan tanpa arah. Perencanaan jangka panjang penting untuk memastikan pertumbuhan keuangan yang berkelanjutan.

 

Agar tidak terjebak dalam middle income trap, Anda perlu mulai menata keuangan secara strategis. Buat anggaran, kendalikan pengeluaran, perluas literasi keuangan, dan mulailah berinvestasi secara cerdas. 

 

Miliki lebih dari satu sumber penghasilan, bangun dana darurat, serta lindungi keuangan Anda dengan asuransi yang sesuai.

 

Ingat, menjadi kelas menengah bukanlah akhir dari perjalanan finansial, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar dalam mengelola uang secara bijak. Dengan pola pikir dan kebiasaan keuangan yang tepat, Anda bisa melampaui jebakan kelas menengah dan mencapai kestabilan ekonomi yang lebih tinggi. Semoga berhasil!