Nasib Profesi Akuntan di Era AI, Benarkah Bakal 'Punah' di 2030?

Ilustrasi kerja
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah mengubah banyak sektor industri, tidak terkecuali bidang akuntansi. Profesi akuntan yang selama ini identik dengan pekerjaan administratif, pencatatan transaksi, dan pembuatan laporan keuangan kini menghadapi situasi baru. 

Tren Industri Padel di 2025, Dari 30 Juta Pemain Baru hingga Ratusan Lapangan Ditutup dan Jadi Gudang

 

Perubahan ini menimbulkan pertanyaan penting, apakah peran akuntan akan tergantikan oleh AI atau justru mengalami transformasi menuju fungsi yang lebih strategis?

Waduh! 13 Profesi Ini Diprediksi 'Tinggal Kenangan' di Masa Depan, Mulai Sepi Peminat

 

Dalam konteks global, penelitian dan praktik menunjukkan bahwa AI mampu mengotomasi sebagian besar pekerjaan yang bersifat repetitif dan teknis. Namun, hal ini bukan berarti profesi akuntan akan benar-benar hilang. 

13 Green Jobs yang Bakal Banjir Cuan di 2030, Nomor 5 Banyak Dicari

 

Sebaliknya, kebutuhan akan profesional akuntansi yang mampu memanfaatkan teknologi, justru semakin meningkat. Dengan keterampilan baru dan pemahaman mendalam tentang data, akuntan berpeluang besar menjadi mitra strategis dalam pengambilan keputusan bisnis.

 

Berikut adalah sejumlah tren dan prediksi terkait nasib profesi akuntan di era AI, sebagaimana dilansir dari Stanford Report, Selasa, 30 September 2025.

 

1. Otomatisasi Tugas Rutin

 

AI mampu menangani entri data, rekonsiliasi transaksi, hingga pembuatan laporan keuangan sederhana. Proses ini membuat pekerjaan yang sebelumnya memakan waktu berjam-jam kini dapat diselesaikan dalam hitungan menit. Dengan demikian, akuntan dapat mengalihkan fokus dari pekerjaan administratif menuju analisis yang lebih bernilai tambah.

 

2. Peran Konsultatif Semakin Dibutuhkan

 

Dengan berkurangnya beban administratif, profesi akuntan diproyeksikan bergerak ke arah advisory. Akuntan diharapkan menjadi konsultan bisnis yang mampu memberikan masukan strategis, membantu perusahaan dalam manajemen risiko, serta menjadi mitra dalam pengambilan keputusan penting.

 

3. Peningkatan Efisiensi dan Kualitas Laporan

 

Studi dari Stanford University menunjukkan bahwa penggunaan AI dalam akuntansi mampu mempercepat proses tutup buku dan meningkatkan kualitas laporan keuangan. Laporan yang dihasilkan juga lebih detail dan akurat karena AI mampu mengolah data dalam skala besar dengan tingkat kesalahan yang lebih rendah.

 

4. Tantangan Risiko dan Keamanan Data

 

Meski menawarkan efisiensi, penggunaan AI juga menimbulkan risiko, terutama dalam hal keamanan data. Akuntan perlu memahami potensi kesalahan, bias algoritma, serta isu privasi yang bisa muncul dari pemanfaatan teknologi ini. Hal ini membuat kompetensi dalam tata kelola data dan etika digital menjadi semakin relevan.

 

5. Kompetensi Baru yang Wajib Dikuasai

 

Profesional akuntansi kini dituntut untuk menguasai literasi teknologi, analisis data, serta memahami penggunaan software berbasis AI. Tidak hanya itu, keterampilan berpikir kritis, komunikasi, dan kemampuan menjelaskan hasil analisis kepada pemangku kepentingan menjadi aspek penting yang membedakan akuntan dengan mesin.

 

6. Dampak pada Pekerjaan Entry-Level

 

Tugas dasar seperti pembukuan dan pencatatan transaksi sangat berpotensi digantikan AI. Hal ini dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja di level pemula. Namun, posisi akuntan berpengalaman dengan keahlian strategis justru semakin dicari.

 

7. Transformasi Pendidikan Akuntansi

 

Banyak universitas di luar negeri telah memperbarui kurikulumnya dengan menambahkan materi terkait data analytics, machine learning, hingga etika penggunaan AI. Hal ini bertujuan menyiapkan lulusan akuntansi yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan pasar kerja di era digital.

 

8. Studi Kasus Implementasi AI

 

Di Korea Selatan, perusahaan mulai menggunakan AI untuk mengotomatiskan proses klaim biaya operasional, yang terbukti memangkas waktu hingga lebih dari 80 persen. Sementara itu, firma audit besar di Inggris seperti Deloitte telah memanfaatkan chatbot berbasis AI untuk membantu analisis data dan penyusunan dokumentasi audit.

 

9. Peluang dan Kekurangan Tenaga Akuntansi

 

Meski ada kekhawatiran pengurangan tenaga kerja di bidang entry-level, beberapa survei menunjukkan adanya kekurangan tenaga profesional akuntansi yang memiliki kompetensi teknologi. Hal ini membuka peluang baru bagi mereka yang siap beradaptasi dengan perubahan.

 

10. Peran Etika dan Regulasi

 

Seiring meningkatnya penggunaan AI, peran akuntan dalam memastikan transparansi, kepatuhan hukum, serta penerapan etika semakin penting. Hal ini menjadikan akuntan bukan hanya pencatat angka, tetapi juga penjaga integritas bisnis.

 

Profesi akuntan di era AI tidak akan hilang, melainkan bertransformasi. Pekerjaan teknis yang berulang memang berpotensi diambil alih oleh mesin, tetapi fungsi strategis, analisis mendalam, serta peran konsultatif justru semakin dibutuhkan. 

 

Untuk itu, Anda sebagai akuntan maupun calon akuntan perlu mempersiapkan diri dengan keterampilan baru, mulai dari literasi teknologi, analisis data, hingga komunikasi efektif. Dengan beradaptasi, profesi akuntan akan tetap relevan dan bahkan semakin vital dalam mendukung keberlanjutan bisnis di masa depan.