Bukan Cuma Gara-gara AI, Ini 7 Faktor Lain yang Picu PHK Massal di 2025

Ilustrasi terkena PHK
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Sepanjang tahun 2025, berita mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) massal semakin sering terdengar di berbagai belahan dunia. Dari perusahaan teknologi raksasa, layanan keuangan, hingga sektor manufaktur, banyak tenaga kerja terpaksa kehilangan pekerjaan. 

Mau Banting Setir Jadi Petani? Cek Dulu Perkiraan Gajinya di 2025, Pekerja Kantoran Lewat!

 

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apa sebenarnya yang memicu gelombang PHK massal di tahun ini?

Rahasia Hemat Belanja di Mall, Bisa Dapat Banyak Bonus dan Rewards!

 

Kondisi PHK besar-besaran bukanlah fenomena tunggal, melainkan hasil dari kombinasi beberapa faktor. Perubahan teknologi, ketidakpastian ekonomi global, hingga strategi internal perusahaan berperan penting dalam meningkatnya jumlah pekerja yang harus dirumahkan. 

Skill vs Gelar, Mana yang Lebih Dibutuhkan di Era AI?

 

Berikut adalah faktor utama yang menjadi pemicu PHK massal di 2025, seperti dirangkum dari berbagai sumber, Jumat, 12 September 2025.

 

1. Adopsi AI dan Otomasi

 

Salah satu pemicu terbesar adalah penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi. Banyak perusahaan mulai mengganti pekerjaan repetitif dengan sistem otomatis. 

 

Data dari laporan Challenger, Gray & Christmas di Amerika Serikat menyebutkan lebih dari 10.000 PHK sepanjang 2025 dikaitkan dengan penggunaan AI. Posisi customer service, administrasi data, hingga testing perangkat lunak menjadi yang paling rentan terdampak.

 

2. Overhiring Pasca Pandemi

 

Setelah pandemi, banyak perusahaan—khususnya di sektor teknologi dan e-commerce—merekrut besar-besaran karena optimisme pertumbuhan. Namun, ketika pertumbuhan melambat di 2024 hingga 2025, perusahaan menyadari jumlah karyawan berlebihan dan melakukan penyesuaian dengan PHK massal.

 

3. Tekanan Ekonomi Global

 

Inflasi tinggi, kenaikan suku bunga, hingga turunnya daya beli konsumen membuat kondisi ekonomi global tidak stabil. Perusahaan menghadapi biaya pinjaman yang lebih besar, sementara margin keuntungan menurun. Tekanan ini memaksa perusahaan memangkas biaya operasional, termasuk mengurangi jumlah tenaga kerja.

 

4. Penurunan Permintaan dan Gangguan Rantai Pasokan

 

Perlambatan permintaan konsumen juga menjadi faktor signifikan. Sektor ekspor dan manufaktur merasakan penurunan tajam akibat lesunya pasar global. Ditambah lagi, biaya logistik, harga bahan baku, serta fluktuasi nilai tukar menambah beban keuangan perusahaan.

 

5. Restrukturisasi Bisnis dan Pergeseran Strategi

 

Banyak perusahaan melakukan restrukturisasi untuk fokus pada lini bisnis inti atau beralih ke sektor baru seperti kecerdasan buatan dan energi bersih. Restrukturisasi ini seringkali disertai dengan PHK agar struktur tenaga kerja lebih ramping dan sesuai dengan strategi baru perusahaan.

 

6. Kondisi Keuangan Perusahaan yang Tertekan

 

Perusahaan dengan beban utang besar atau pendapatan yang tidak sesuai target harus memangkas biaya secara drastis. PHK menjadi langkah cepat untuk menjaga kesehatan finansial, meski berdampak sosial cukup besar bagi para pekerja.

 

7. Regulasi dan Kebijakan Perdagangan Internasional

 

Kebijakan tarif impor dan hambatan ekspor yang berubah-ubah turut menekan industri. Perusahaan yang sangat bergantung pada impor bahan baku atau pasar ekspor menjadi salah satu yang paling terdampak.

 

Gelombang PHK massal di tahun 2025 tidak hanya dipicu oleh satu faktor, melainkan kombinasi dari teknologi yang menggantikan pekerjaan, kondisi ekonomi global yang tidak stabil, serta strategi perusahaan yang berfokus pada efisiensi. 

 

Bagi pekerja, kondisi ini menjadi pengingat pentingnya adaptasi, peningkatan keterampilan, dan kesiapan menghadapi perubahan dunia kerja yang semakin dinamis.