Petani Milenial Kediri Andalkan Teknologi Dongkrak Produksi Sayur dan Buah, Pendapatan Tembus Puluhan Juta

Ilustrasi Sistem Pertanian Modern
Sumber :
  • Istimewa

Lifestyle – Pertanian di Kabupaten Kediri tengah memasuki babak baru. Perubahan digerakkan oleh Kelompok Tani Maju Milenial yang merupakan binaan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kediri yang mengadopsi sistem IoT-Agri Kontrol Sistem Nutrient Film Technique (NFT).

Ngeri! 7 Pekerjaan yang Akan Digantikan AI dalam 10 Tahun ke Depan

Awalnya, kelompok tani ini menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation). Meskipun hemat air dan energi, tetapi pipa mudah tersumbat jika kualitas air buruk menjadi masalah yang terus berulang. 

Selain itu, siklus tanam lambat karena masih memakai media tanah dan manajemen pascapanen masih tradisional. Akibatnya, peningkatan produktivitas sulit dicapai padahal pasar membutuhkan kontinuitas pasokan dengan mutu terjaga.

7 Tips Menjaga Energi Selama Long Weekend agar Tetap Segar dan Produktif

Apalagi pada tahun 2025, pemerintah menggulirkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa-siswi sehingga kebutuhan sayur dan buah melonjak mencapai 620 kilogram. Kediri ditargetkan menyuplai 25 persen dari total sehingga menuntut kelompok tani meningkatkan kapasitas produksi sekaligus menjaga kualitas hasil panen.

Sistem IoT-Agri NFT yang merupakan diformulasikan oleh tim dosen lintas bidang dari Akademi Komunitas Negeri Putra Sang Fajar Blitar sebagai bagian program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) hadir menjawab persoalan tersebut. Kelompok tani Milenial berdiri sejak tahun 2021 membuktikan sistem pertanian modern sukses menembus standar swalayan dan hasil panen lebih melimpah.

7 Cara Jitu agar WFH Tidak Bikin Malas, Bisa Tetap Fokus dan Produktif Sepanjang Hari

Meski bukan dari dunia pertanian, para anggota yang berusia 35-45 tahun yang merupakan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) mampu mengoptimalkan penggunakan lahan seluas 1.400 meter persegi untuk menghasilkan sayuran seperti kangkung, selada, hingga sawi, serta buah melon. Rata-rata pendapatan setiap anggota mencapai Rp10 juta per bulan.

Salah satu pemilik lahan, Samudi, merasakan manfaat langsung. Sebelumnya, ia kerap khawatir panen tidak memenuhi standar, sehingga sebagian hasil terbuang. berkat IoT-Agri NFT, kendala itu berkurang dan anen menjadi lebih cepat, mutu meningkat, dan pekerjaan lebih ringan. 

Apa Itu IoT-Agri NFT?

Metode NFT sendiri merupakan salah satu model hidroponik. Air nutrisi dialirkan tipis ke akar tanaman melalui pipa atau talang, kemudian bersirkulasi kembali ke bak penampung. 

Dengan cara ini, akar langsung menyerap nutrisi tanpa hambatan media tanah. Hasilnya, pertumbuhan lebih cepat, risiko penyakit lebih rendah, dan kualitas panen lebih seragam.

Perbedaan mencolok dari sistem ini adalah dipadukan dengan IoT-Agri, yakni perangkat kontrol berbasis sensor dan mikrokontroler. Alat ini memantau suhu, kelembapan, pH, dan nutrisi secara real-time. 

Data dikirim ke aplikasi, dan sistem otomatis menyesuaikan aliran air, dosis pupuk, hingga sirkulasi udara. IoT-Agri juga dapat menutup aliran saat hujan deras atau tetap berfungsi ketika listrik padam berkat baterai cadangan dan panel surya.

Ketua Tim PkM, Adimas Ketut Nalendra, menegaskan bahwa IoT-Agri dirancang agar teknologi tidak rumit bagi petani. Ia menhelaskan, IoT-Agri bekerja secara otomatis, sensor membaca kondisi lingkungan, lalu sistem menyesuaikan kebutuhan tanaman. 

"Kalau nutrisi kurang, pompa menambah larutan. Kalau suhu naik, kipas pendingin aktif. Semua bisa dipantau lewat aplikasi di ponsel. Jadi petani tidak perlu lagi menebak-nebak kapan harus menambah air atau pupuk," jelasnya dikutip dari keterangan tertulis pada Jumat, 12 September 2025. 

Adimas menambahkan, efek dari apikasi IoT-Agri NFT dalam pertanian dapat langsung terlihat. Kualitas produk lebih terjaga, hasil panen bisa naik sampai 50 persen, dan pemborosan air maupun listrik berkurang drastis.

Ia menambahkan, sistem ini juga membantu menjaga nilai gizi sayuran dan buah hingga tahap distribusi. Dengan demikian, produk yang sampai di swalayan atau program MBG tetap segar sesuai standar mutu.

Dampak Sosial Ekonomi Implementasi IoT-Agri NFT

Penerapan IoT-Agri NFT bukan sekadar soal teknologi. Sistem ini membawa dampak sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar. 

Pendapatan anggota kelompok naik karena panen melimpah. Lapangan kerja juga bertambah, dari ratusan buruh tani dan tenaga pengemasan yang berpotensi meningkat dua kali lipat. 

Efek domino pun tercipta, memberi peluang bagi sektor transportasi, warung, hingga usaha kemasan lokal. Selain itu, partisipasi kelompok tani dalam Program MBG memperkuat ketahanan pangan sekaligus mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pengentasan kelaparan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Sinergi Perguruan Tinggi dan Pemerintah

Program ini terlaksana berkat dukungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Selain dosen, mahasiswa lintas jurusan turut terlibat, sejalan dengan semangat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Kolaborasi ini membuktikan bahwa riset kampus bisa memberi manfaat nyata bagi masyarakat.

Adimas berharap program ini menjadi contoh nyata bahwa inovasi perguruan tinggi mampu memperkuat ekonomi rakyat sekaligus meningkatkan kualitas hidup petani.