Gaji Habis untuk Jajan Makanan Viral? Ini Cara Atur Keuangan Biar Kantong Aman
- Pixabay
Lifestyle – Siapa yang tidak tergoda dengan makanan viral? Dari croffle, boba, hingga seblak level pedas yang selalu jadi buruan. Media sosial semakin memperkuat tren ini. Begitu satu makanan viral muncul di TikTok atau Instagram, antrean panjang pun tidak terhindarkan.
Fenomena ini bukan sekadar soal rasa, melainkan juga gaya hidup dan FOMO (fear of missing out). Banyak orang rela menghabiskan ratusan ribu, bahkan jutaan rupiah setiap bulan demi mengikuti tren kuliner terbaru.
Tanpa disadari, kebiasaan jajan makanan viral bisa menggerus anggaran bulanan. Apalagi bagi kalangan pekerja yang mengandalkan pendapatan tetap setara gaji UMR (upah minimum regional).
Alasan Seseorang Gampang Tergoda Tren
Secara psikologis, keinginan mencoba makanan viral seringkali didorong oleh dopamin, hormon yang memicu rasa senang. Melihat konten orang lain menikmati makanan membuat otak memicu rasa penasaran yang harus segera dipuaskan.
Ditambah lagi, adanya konsep “limited edition” atau promo waktu terbatas membuat kita semakin tergesa-gesa membeli, meskipun anggaran tak mencukupi. Ini sejalan dengan survei yang menyebutkan bahwa 6 dari 10 generasi milenial dan Gen Z mengaku pernah menghabiskan lebih dari Rp500 ribu per bulan hanya untuk membeli makanan viral. Angka ini cukup besar jika dibandingkan dengan pengeluaran kebutuhan pokok lainnya.
Dampaknya untuk Keuangan
Apabila kebiasaan jajan terus dibiarkan maka pengeluaran bisa menyedot 10–15 persen dari gaji bulanan. Akibatnya, pos penting seperti tabungan, cicilan, atau dana darurat jadi terabaikan. Dalam jangka panjang, ini bisa menghambat tujuan finansial seperti membeli rumah, kendaraan, atau bahkan liburan impian.
Solusi Tetap Hemat tapi Tidak Ketinggalan Tren
1. Tetapkan Anggara Khusus
Langkah pertama agar pengeluaran tetap terkendali adalah menetapkan anggaran khusus untuk jajan, termasuk mencoba makanan viral. Idealnya, porsi untuk kebutuhan ini tidak lebih dari 10 persen dari gaji bulanan.
Misalnya, jika gaji Anda Rp5 juta, maka alokasikan maksimal Rp500 ribu untuk jajan. Dengan cara ini, Anda tetap bisa mengikuti tren tanpa mengorbankan kebutuhan pokok dan tabungan.
2. Pilih dengan Bijak
Tidak semua makanan viral wajib dicoba. Sebelum membeli, tanyakan pada diri sendiri apakah benar-benar tertarik atau hanya sekadar ikut-ikutan tren.
Banyak orang yang akhirnya menyesal setelah menghabiskan uang untuk makanan yang ternyata rasanya biasa saja. Fokuslah pada yang benar-benar sesuai selera agar setiap pengeluaran terasa lebih bernilai dan tidak menimbulkan penyesalan.
3. Manfaatkan Promo dengan Cerdas
Promo dan diskon memang menggoda, tetapi jangan sampai membuat pengeluaran membengkak. Gunakan promo hanya jika sesuai dengan anggaran yang sudah ditentukan.
Hindari sikap konsumtif dengan alasan “mumpung lagi diskon” karena justru bisa membuat Anda membeli lebih banyak dari yang direncanakan. Ingat, tujuan memanfaatkan promo adalah berhemat, bukan sebaliknya.
4. Buat Jadwal Jajan
Alih-alih langsung membeli setiap ada tren makanan baru, lebih baik atur jadwal khusus untuk jajan, misalnya satu atau dua kali dalam sebulan. Dengan cara ini, Anda tetap bisa merasakan sensasi mencoba makanan hits tanpa terjebak dalam kebiasaan impulsif. Selain mengontrol pengeluaran, cara ini juga memberikan waktu untuk benar-benar menilai apakah tren tersebut layak dicoba.
5. Cari Alternatif Lebih Murah
Banyak makanan viral yang sebenarnya bisa dibuat sendiri di rumah dengan biaya yang jauh lebih hemat. Selain menyenangkan, memasak sendiri juga bisa jadi ide konten menarik untuk media sosial. Anda tidak hanya menghemat uang, tetapi juga mendapatkan pengalaman seru dan mungkin menambah skill baru di dapur.
Makanan viral memang menyenangkan untuk dicoba, tetapi jangan sampai membuat keuangan berantakan. Kuncinya adalah pengendalian diri dan pengelolaan anggaran yang bijak. Ingat, tren akan selalu datang dan pergi, tapi kondisi finansial yang sehat adalah investasi jangka panjang.