Gawat! Ini 7 Industri Paling Rentan PHK Massal di 2025, Siap-Siap Banting Setir!

Ilustrasi bekerja di kantor
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Meskipun ekonomi global diperkirakan mulai pulih pada 2025, bayang-bayang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal masih belum benar-benar sirna. Banyak sektor industri menghadapi tekanan dari perubahan teknologi, gejolak geopolitik, hingga perubahan pola konsumsi masyarakat pasca pandemi dan disrupsi digital.

Tips Bikin CV ATS-Friendly dengan Bantuan AI, Dijamin Lolos Screening HR!

 

Tak hanya startup teknologi, beberapa sektor tradisional juga mulai mengalami restrukturisasi besar-besaran. PHK kini bukan hanya perkara efisiensi, tapi juga akibat pergeseran model bisnis dan preferensi pasar. Lantas, industri apa saja yang paling terancam gelombang PHK di 2025?

5 Alasan Keterampilan AI Jadi Senjata Rahasia Fresh Graduate di Era Digital

 

Berikut ini daftarnya, dirangkum dari berbagai sumber:

AI Tak Mampu Menandingi 9 Pekerjaan Ini, Alasannya Unik

 

1. Teknologi dan Startup Digital

 

Sektor teknologi tetap menjadi sorotan utama. Meskipun beberapa raksasa teknologi sudah melakukan PHK besar-besaran pada 2023–2024, tren ini diperkirakan berlanjut hingga 2025. Laporan Yahoo Finance menyebutkan bahwa perusahaan seperti Google, Meta, hingga Amazon masih melakukan restrukturisasi internal, terutama pada divisi yang tidak berkaitan langsung dengan kecerdasan buatan (AI) atau cloud computing.

 

Banyak startup juga mulai kehilangan investor, terutama yang tak kunjung untung. Perusahaan teknologi yang membakar dana untuk pertumbuhan tanpa fondasi bisnis solid menjadi yang paling rentan.

 

2. Media dan Periklanan

 

Forbes melaporkan bahwa media digital dan periklanan sedang mengalami “AI shake-up”. Banyak perusahaan mengandalkan otomatisasi untuk menulis konten, membuat kampanye, hingga analisis pasar. Ini menyebabkan banyak peran tradisional seperti penulis, copywriter, bahkan analis pasar kehilangan relevansi.

 

PHK di perusahaan media besar seperti Vice, BuzzFeed, hingga Business Insider menjadi sinyal kuat bahwa industri ini tengah berbenah.

 

3. Retail Tradisional dan E-Commerce

 

Meskipun e-commerce sempat meroket saat pandemi, banyak perusahaan ritel justru kesulitan menjaga profitabilitas pasca-COVID. Walmart, Amazon, hingga Target melakukan pengurangan staf dalam jumlah besar karena penurunan belanja konsumen dan peningkatan biaya operasional.

 

Perusahaan retail yang tak mampu bertransformasi ke arah digital secara efisien menjadi sasaran PHK terbanyak.

 

4. Industri Keuangan dan Perbankan

 

Menurut Business Insider, sektor keuangan seperti perbankan, terutama divisi kredit konsumen dan layanan tradisional, juga mulai mengalami pengurangan tenaga kerja. Otomatisasi, chatbot, dan layanan digital membuat banyak bank melakukan konsolidasi.

 

Goldman Sachs dan Citigroup adalah contoh bank besar yang mengumumkan pemangkasan ribuan karyawan dalam dua tahun terakhir.

 

5. Transportasi dan Logistik

 

PHK juga menyasar sektor transportasi dan logistik. Banyak perusahaan kargo dan pengiriman barang mulai memangkas biaya karena over-investasi saat pandemi. Selain itu, tantangan harga bahan bakar dan ketergantungan pada tenaga kerja manual membuat efisiensi menjadi prioritas.

 

FedEx, UPS, hingga Maersk telah mengumumkan pemangkasan staf demi menyelaraskan kapasitas dengan permintaan pasar.

 

6. Manufaktur Tradisional

 

Industri manufaktur, terutama yang belum mengadopsi otomatisasi dan robotik, menghadapi tekanan besar. Pabrik-pabrik di sektor otomotif, elektronik, dan tekstil mengalami kesulitan mempertahankan daya saing global.

 

PHK massal di sektor ini banyak terjadi di negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, hingga Tiongkok bagian dalam, tempat produksi masih bergantung pada tenaga kerja manual.

 

Meskipun pasar tenaga kerja global menunjukkan tanda-tanda pemulihan, gelombang PHK massal masih membayangi beberapa sektor sepanjang 2025. 

 

Jika Anda bekerja di industri yang disebutkan di atas, saatnya untuk meningkatkan keterampilan, khususnya di bidang teknologi, data, atau kecerdasan buatan, agar tetap relevan di pasar kerja masa depan.