7 Karier yang Selamat dari Gempuran AI, Gen Z Minat?

Ilustrasi bekerja di kantor
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Kecanggihan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk dunia kerja. Semakin hari, AI tidak hanya membantu pekerjaan manusia, tetapi juga perlahan mulai mengambil alih berbagai profesi, terutama yang bersifat rutin dan dapat diprediksi. 

6 Cara Adaptasi Profesi Lama agar Tak Tergeser AI, Nomor 5 Sering Dilupakan!

 

Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pekerja, khususnya generasi muda, tentang masa depan karier mereka di tengah era otomatisasi.

10 Peluang Usaha yang Minim Risiko Tersaingi AI, Cocok untuk Masa Depan

 

Namun, tidak semua pekerjaan bisa digantikan oleh AI. Beberapa profesi justru terbukti tetap relevan dan sangat mengandalkan kepekaan manusia, kreativitas, hingga empati. 

Akuntan Disebut Bakal Jadi Profesi Unggulan, Benarkah?

 

Anehnya, profesi-profesi ini kerap kurang dilirik oleh anak muda karena dianggap tidak prestisius, kurang populer, atau tidak sesuai dengan ekspektasi gaya hidup modern. Padahal, peluang dan kestabilan karier dalam bidang-bidang ini terbilang menjanjikan di masa depan.

 

Berikut ini adalah 7 profesi yang relatif aman dari ancaman AI, namun masih jarang menjadi pilihan utama generasi muda:

 

1. Kurator Seni (Art Curator)

 

Profesi ini melibatkan pemilihan, penataan, dan penyajian karya seni untuk museum, galeri, hingga pameran. Keahlian kurator tidak hanya soal estetika, tapi juga wawasan sejarah, budaya, dan sensitivitas terhadap isu-isu sosial. 

 

AI mungkin bisa mengenali objek seni, namun tidak memiliki pemahaman kontekstual dan rasa artistik yang diperlukan dalam proses kurasi. Itulah sebabnya profesi ini dinilai hanya memiliki risiko otomatisasi sebesar 0,7 persen.

 

2. Terapis Musik dan Terapi Rekreasional (Music and Recreational Therapist)

 

Terapi berbasis musik atau kegiatan rekreasional sangat bergantung pada interaksi manusia, empati, serta kemampuan membaca emosi pasien. AI bisa saja menghasilkan suara musik atau menyarankan aktivitas tertentu, namun tidak mampu memahami kondisi emosional pasien secara mendalam. Karena alasan ini, terapis menjadi salah satu profesi yang paling aman dari automasi teknologi.

 

3. Pekerja Sosial dan Konselor (Social Worker and Counselor)

 

Berhadapan dengan berbagai dinamika sosial, mulai dari kekerasan rumah tangga, anak-anak terlantar, hingga masalah kesehatan mental, membuat profesi ini sangat mengandalkan hubungan antarmanusia. Tidak cukup hanya dengan logika atau data, profesi ini menuntut empati dan kemampuan komunikasi yang tinggi. AI tidak bisa menggantikan sentuhan manusia yang dibutuhkan dalam proses konseling dan pendampingan sosial.

 

4. Perancang Acara (Event Planner)

 

Seorang perancang acara dituntut untuk mengatur banyak variabel secara bersamaan, mulai dari anggaran, vendor, lokasi, hingga mengatasi kendala di lapangan. Meski AI bisa membantu dalam logistik dan penjadwalan, kreativitas serta kemampuan beradaptasi terhadap situasi mendadak tetap jadi kunci utama. Karena itu, event planner tetap akan dibutuhkan dalam industri pernikahan, konferensi, dan hiburan.

 

5. Veteriner (Dokter Hewan)

 

AI memang bisa menganalisis data kesehatan hewan, tetapi praktik seorang dokter hewan melibatkan keterampilan manual, kepekaan terhadap reaksi hewan, dan intuisi klinis yang tidak dapat diajarkan kepada mesin. Selain itu, pemilik hewan peliharaan biasanya mencari dokter hewan yang dapat menjelaskan kondisi secara hangat dan empatik, bukan sekadar berdasarkan laporan komputer.

 

6. Pendidik Seni atau Kurator Digital (Art Educator / Digital Curator)

 

Mengajarkan seni atau mengelola karya seni digital membutuhkan pemahaman budaya, kemampuan interpretasi, dan hubungan langsung dengan murid atau audiens. AI bisa membantu menyediakan materi pembelajaran, tapi tidak mampu membimbing proses berpikir kreatif yang sangat personal. Dunia pendidikan seni masih sangat bergantung pada interaksi manusiawi yang penuh nuansa.

 

7. Ahli Terapi Okupasi (Occupational Therapist)

 

Occupational therapist membantu pasien agar bisa kembali menjalankan aktivitas sehari-hari setelah cedera atau trauma. Pendekatannya sangat individual dan berorientasi pada kebutuhan masing-masing pasien. AI tidak dapat sepenuhnya memahami preferensi, nilai, dan kebiasaan hidup seseorang sebagaimana yang dilakukan oleh terapis manusia.

 

Mengapa Anak Muda Perlu Melirik Profesi-Profesi Ini?

 

Sebagian besar anak muda kini terobsesi pada pekerjaan yang lekat dengan teknologi digital seperti data analyst, software engineer, atau digital marketing. Meskipun tidak salah, namun profesi yang “terlalu dekat” dengan AI justru lebih berisiko tergantikan. 

 

Sebaliknya, profesi berbasis empati, kreativitas, dan sentuhan manusia justru memiliki masa depan yang lebih stabil di tengah gelombang otomatisasi.

 

Jika Anda mencari jalur karier yang tahan terhadap disrupsi AI, profesi-profesi di atas layak dipertimbangkan. Selain memiliki peran penting dalam masyarakat, pekerjaan-pekerjaan ini juga menawarkan kepuasan emosional dan kontribusi yang bermakna bagi sesama manusia, sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh sekadar angka dan algoritma.

 

Di era digital ini, menjadi adaptif saja tidak cukup. Anda juga perlu cermat dalam memilih jalur karier yang tidak hanya sesuai passion, tetapi juga aman dari disrupsi teknologi. 

 

Jangan hanya terpaku pada profesi yang sedang tren, tapi pertimbangkan juga pekerjaan yang berlandaskan nilai-nilai manusiawi. Bisa jadi, profesi yang Anda anggap sepele justru menyimpan potensi besar dan masa depan yang lebih terjamin.